Pendahuluan
Pemilihan Gubernur Jawa Barat (Pilgub Jabar) 2024 menjadi panggung politik yang menarik, salah satunya karena sosok Dedi Mulyadi, atau yang akrab disapa Kang Dedi Mulyadi (KDM). Popularitasnya yang meledak, strategi komunikasi digital yang kreatif, serta gaya populis yang dekat dengan masyarakat menjadi magnet bagi banyak pemilih. Namun, bagaimana realitas di balik janji politik yang diusung dan bagaimana strategi tersebut dipraktikkan?
Dalam artikel ini, kita akan membedah strategi politik Dedi Mulyadi dengan fokus pada populisme digital, komunikasi berbasis budaya Sunda, serta capaian elektoral yang diperolehnya seraya membandingkan antara janji kampanye dan realita saat menjabat. Tulisan ini diharapkan layak tayang di WordPress berkat struktur yang rapi, paragraf yang lugas, dan penggunaan kata kunci relevan seperti Pilgub Jawa Barat 2024, Dedi Mulyadi, komunikasi politik digital, dan media sosial politik. Jangan lupa juga untuk mengikuti media sosial kami di kangdedimulyadi.com untuk update lebih lanjut
Popularitas dan Elektabilitas Melesat: Dibalik Data Survei
Survei oleh Indikator Politik Indonesia memperlihatkan bahwa Dedi Mulyadi Erwan Setiawan mengungguli kandidat lain dengan elektabilitas tinggi, bahkan sempat capai popularitas di atas 90% sebelum Pilgub 2024 digelar
Sebagai hasil resmi, pasangan tersebut meraih 62,22% suara dan memenangkan seluruh wilayah di Jawa Barat
Ini membuktikan efektivitas kombinasi popularitas, komunikasi politik, dan mesin kampanye terbangun.
Analisis:
Popularitas tinggi Dedi Mulyadi diperkuat oleh strategi intensif di media sosial dan kampanye digital.
Elektabilitas melesat melebihi 60% menunjukkan bahwa janji kampanye dan citra populis berhasil menembus hampir seluruh segmen masyarakat.
Populisme Digital: Mendekat melalui Media Sosial
Kang Dedi Mulyadi meraih julukan sebagai gubernur konten karena konsistensinya dalam membuat dan menyebarkan video kampanye di media sosial seperti YouTube, TikTok, dan Instagram
Salah satunya, penelitian jurnal tentang strategi komunikasi politik Dedi menyebut penggunaan YouTube secara efektif untuk membangun citra populis dekat dengan rakyat serta mengedepankan nilai-nilai budaya Sunda
Di TikTok, strategi seperti narasi pemimpin yang hadir langsung, gaya soft-power, dialog interaktif, hingga tantangan sosial meningkatkan keterlibatan pengguna digital
Komunikasi Politik Berbasis Budaya Sunda
Komunikasi Dedi Mulyadi juga sangat kental dengan simbol budaya Sunda, yang katanya membentuk kedekatan emosional dengan pemilih khususnya di Jabar dan diaspora Sunda
Filosofi papat kalima tunggal bahkan digunakan untuk menyampaikan dasar kultural dan keagamaan dalam kampanye
Pendekatan ini berhasil menciptakan gaya komunikasi yang inklusif, empatik, serta menyentuh dari sudut retorika politik modern
Janji Kampanye vs Realita: Tinjauan Program dan Realisasi
Beberapa kebijakan kontroversial yang diusung Dedi Mulyadi (saat masih calon) antara lain:
Ide vasektomi massal dan pendekatan disiplin terhadap siswa bermasalah diganjal pro dan kontra tradision
Upaya memotong biaya tak terduga seperti study tour untuk pelajar sebagai bagian dari program edukasi pro-rakyat tradisi
Penyesuaian tata ruang berbasis kultur lokal, seperti menjaga sawah, zonasi wilayah, dan memperkuat payung hukum wilayah tradisional
Review Realita:
Banyak kebijakan tersebut mendapat respons positif, seperti siswa diarahkan berdasarkan bakat dan pembebasan biaya, menyentuh kebutuhan nyata masyarakat
Namun, kontroversi tetap ada, misalnya kritik terhadap pendekatan represif, serta isu pencitraan dan efektivitas kebijakan
Sesuai pendekatan pemimpin yang turun ke akar rumput dan kerja langsung, realisasinya memang terasa nyata dalam beberapa kasus, tetapi masih perlu evaluasi menyeluruh.
Tantangan Strategi: Isu Identitas dan Basis Pemilih
Menurut analisis pengamat politik, ada beberapa kelemahan yang menjadi PR bagi Dedi Mulyadi:
Sentimen politik identitas dan keagamaan, masih menjadi potensi risiko dalam Pilgub
Basis pemilih yang kuat di pedesaan dan Pantura meski elektabilitas tinggi mengindikasikan kampanye di perkotaan belum optimal
Meski unggul, masih ada swing voters besar yang menentukan di masa kampanye
Namun, tim pemenangan Dedi–Erwan kuat disebut layaknya David vs Goliath oleh pengamat dengan struktur organisasional yang solid dan resonan di akar rumput
Antara Janji dan Realita: Evaluasi Keseluruhan
Aspek Janji/Kampanye Realita/Situasi Sekarang
Komunikasi Digital YouTube, TikTok, konten budaya Sunnah Konsisten, engagement tinggi, popularitas meledak
Elekabilitas Tinggi di survei; basis rural kuat Menang 62,22%; dominan di seluruh wilayah
Program Kebijakan Edukasi, disiplin, tata ruang berbasis kultur Beberapa direalisasikan evaluasi beragam
Risiko Sentimen identitas, kebutuhurban Tim kuat; mobilisasi efektif
Gaya Politik Populis, dekat dengan rakyat Populer, identitas kuat sebagai pemimpin heroik-emotif
Secara keseluruhan, strategi politik Dedi Mulyadi terbukti efektif menghadirkan citra pemimpin yang dekat, populis, dan berbasis budaya, serta mampu mengonversi itu menjadi kemenangan elektoral gemilang. Namun, realitas tetap menuntut pengawasan pada implementasi kebijakan, respons terhadap kritik, dan penguatan basis di perkotaan.
Kesimpulannya, strategi politik Dedi Mulyadi di Pilgub Jawa Barat 2024 sangat terkonsep: dari digital populisme berbasis budaya Sunda, penguatan identitas, hingga mobilisasi akar rumput yang massif. Hasilnya bukan sekadar janji manis, melainkan kemenangan nyata di meja TPS. Namun, tantangan di depan mata adalah menjaga janji terealisasi, menjawab kritik, dan menjembatani kesenjangan politik identitas.
Ingin terus mengikuti perkembangan terbaru strategi politik di Jabar? Jangan lupa follow kami di sosial media kangdedimulyadi.com, agar selalu update dengan tulisan mendalam, analisis tajam, dan narasi politik yang ringan namun berbobot.
@dedimulyadi71@fans KDM @_kangdedimulyadi.com
lihat artikel lainya
https://kangdedimulyadi.com/kang-dedi-mulyadi-sosok-kontroversial-yang-dicintai-rakyat/