Pendahuluan
Di tengah kencangnya arus modernisasi dan globalisasi, banyak pemimpin yang lebih memilih strategi pragmatis dan teknokratis, sering kali mengabaikan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal. Namun, di Jawa Barat, Dedi Mulyadi membuktikan bahwa kepemimpinan yang berkarakter dapat dibangun di atas fondasi tradisi. Ia menjadikan filosofi Sunda “silih asih, silih asah, silih asuh” sebagai panduan utama dalam setiap langkah dan kebijakan politiknya.
Artikel ini akan mengupas tuntas makna dari tiga pilar filosofi tersebut dan bagaimana Dedi Mulyadi mengimplementasikannya dalam praktik kepemimpinannya.
Makna Filosofi Tiga Pilar
- Silih Asih (Saling Mengasihi): Ini adalah pilar pertama dan yang paling mendasar. Silih Asih menempatkan kasih sayang, empati, dan kepedulian sebagai landasan hubungan antarmanusia. Dalam konteks kepemimpinan, Dedi Mulyadi menerjemahkan ini dengan menempatkan rakyat sebagai subjek yang harus dikasihi, bukan objek kebijakan semata. Ia sering turun langsung ke masyarakat, mendengarkan keluh kesah, dan membantu mereka yang membutuhkan.
- Silih Asah (Saling Mengasah): Pilar ini menekankan pentingnya pertukaran ilmu dan pengetahuan. Seorang pemimpin tidak hanya memerintah, tetapi juga harus belajar dari rakyatnya dan sebaliknya. Dedi Mulyadi mengimplementasikan ini dengan mendorong pendidikan karakter berbasis budaya dan memberikan pelatihan keterampilan bagi masyarakat. Ia percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk membangun masyarakat yang mandiri dan kompetitif, tanpa harus kehilangan identitas.
- Silih Asuh (Saling Membimbing): Pilar terakhir ini bermakna saling membimbing dan mengayomi. Pemimpin harus menjadi figur yang mengayomi, memberi teladan, dan membimbing masyarakat ke arah yang lebih baik. Dedi Mulyadi menunjukkan ini dengan gaya hidupnya yang sederhana dan kehadirannya yang merakyat, membuktikan bahwa otoritas sejati datang dari rasa tanggung jawab, bukan kekuasaan.
Implementasi dalam Praktik Kepemimpinan
Filosofi silih asih, silih asah, silih asuh bukan sekadar retorika bagi Dedi Mulyadi, melainkan panduan praktis yang membentuk kebijakan-kebijakannya:
- Kebijakan Pro-Rakyat: Dengan prinsip silih asih, ia fokus pada kebijakan yang berpihak pada rakyat kecil, seperti bantuan sosial, pelayanan kesehatan gratis, dan pemberdayaan UMKM.
- Pembangunan Berkarakter: Prinsip silih asah terlihat dalam pembangunan yang memadukan modernitas dengan budaya. Ruang publik di Purwakarta dihiasi dengan ornamen dan patung khas Sunda, yang berfungsi sebagai media edukasi dan pengingat akan jati diri.
- Kepemimpinan yang Mengayomi: Prinsip silih asuh membuatnya menjadi pemimpin yang mudah dijangkau. Ia sering terlihat naik motor keliling desa, berdialog langsung dengan warga, dan bahkan menginap di rumah sederhana untuk merasakan langsung kehidupan rakyatnya.
Dampak dan Kesimpulan
Kepemimpinan Dedi Mulyadi yang berlandaskan filosofi Sunda telah memberikan dampak positif yang signifikan. Ia berhasil meningkatkan kebanggaan masyarakat akan budaya mereka, menciptakan pembangunan yang lebih berkelanjutan, dan membangun pemerintahan yang humanis.
Dedi Mulyadi telah membuktikan bahwa pemimpin yang membumi dan berakar pada budaya akan lebih dicintai dan dipercaya oleh rakyatnya. Ia menjadi inspirasi bahwa filosofi luhur bangsa, seperti silih asih, silih asah, silih asuh, dapat menjadi panduan efektif untuk memimpin di era modern dan membawa perubahan positif yang nyata bagi masyarakat.
Semoga artikel ini memberi perspektif baru bagi Anda. Jika suka dengan konten seperti ini, jangan lupa follow:
TikTok: @fans.kdm23
Instagram: kangdedimulyadi.com
mendapatkan informasi dan artikel menarik lainnya! Anda juga bisa membaca artikel kami yang lain tentang dinamika politik di Jawa Barat di
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=917&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=915&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=912&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=910&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=908&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=906&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=904&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=902&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=900&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=898&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=896&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=894&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=892&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=890&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=888&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=886&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=884&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=882&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=654&action=edit