spot_img
Wednesday, October 15, 2025
More
    spot_img
    HomeUncategorizedRefleksi Pemikiran Kang Dedi Mulyadi dalam Menghadapi Perubahan Zaman

    Refleksi Pemikiran Kang Dedi Mulyadi dalam Menghadapi Perubahan Zaman

    -

    Pendahuluan

    Di era digital dan globalisasi seperti sekarang, dinamika sosial dengan cepat menuntut pemimpin yang adaptif, dipaksakan kuat pada budaya lokal, serta mampu merespons kebutuhan zaman. Kang Dedi Mulyadi, Gubernur Jawa Barat (periode 2025–2030), muncul sebagai sosok yang mengintegrasikan kearifan lokal dengan transformasi modern sebuah kecakapan penting dalam menghadapi perubahan zaman

    Gaya Kepemimpinan Digital dan Transparan

    Kang Dedi Mulyadi diketahui membuktikan bahwa media sosial dan teknologi hanyalah alat kampanye, melainkan instrumen transformasi birokrasi dan partisipasi publik. Ia menggandeng influencer dan tokoh masyarakat untuk menyebarkan konten edukatif dan ketahanan pangan, sekaligus menerbitkan laporan publik demi transparansi pemerintah

    Pendekatan ini mencerminkan gaya kepemimpinan yang sadar digital responsif, inklusif, dan akuntabel sebuah model yang relevan dalam membangun legitimasi institusi di era keterbukaan informasi.

    Pendekatan Karakter Lewat Filosofi Lokal

    Dalam berbagai kesempatan, Kang Dedi sering menekankan keselarasan sebagai landasan kepemimpinan sejati. Dalam dialog kebangsaan di Universitas Pakuan (Catalyst 2025), ia menyampaikan:

    Populis belum tentu harmonis… Kita membutuhkan pemimpin yang tegas, yang mampu membentuk keharmonisan antara manusia dan lingkungannya.

    Melalui narasi seperti ini, Kang Dedi mengajak masyarakat untuk menyelaraskan kemajuan dengan nilai-nilai spiritual, budaya, dan lingkungan menegaskan bahwa masa depan dibangun di atas warisan masa lalu.

    Model Pendidikan Karakter: Barak Militer sebagai Laboratorium Moral

    Salah satu kontribusi paling inovatif dari Kang Dedi adalah gagasan pendidikan karakter remaja melalui model barak militer. Pemilihan sebagai respons terhadap krisis karakter di kalangan remaja, model ini memperkuat kedisiplinan, empati, dan tanggung jawab sosial dengan dasar refleksi dan interaksi yang bermakna

    Perspektif Teori Perkembangan Moral Lawrence Kohlberg

    Analisis berdasarkan teori Kohlberg menunjukkan bahwa program ini mampu mendorong transformasi moral pada remaja:

    Tahap Pra-konvensional: awalnya, ketundukan muncul karena rasa takut akan hukuman.

    Tahap Konvensional: motivasi moral berkembang ke rasa kepedulian terhadap norma sosial dan tanggung jawab kelompok.

    Tahap Pasca-konvensional: sebagian peserta mulai bergerak menuju internalisasi nilai universal seperti empati dan solidaritas

    Walaupun bersifat struktural, program ini menekankan aspek humanistik bukan represif melalui disiplin tanpa kekerasan fisik, tetapi dengan rutinitas, refleksi, dan dialog terbuka sebagai metode pembentukan karakter

    Komunikasi Populis dengan Nilai Budaya Sunda

    Gaya komunikasi Kang Dedi sering disebut populis lokal: menggunakan bahasa daerah, simbol budaya Sunda, dan tingkat kedekatan ala wong cilik untuk menjaga keterhubungan dengan rakyat

    Lebih jauh lagi, ia juga melakukan reframe narasi agar visi tetap relevan dengan isu nasional seperti digitalisasi, energi hijau, dan industri 4.0 tanpa menghilangkan akar budaya.

    Tantangan dan Kritik yang Dihadapi

    Tentu saja, segala pendekatan selalu menuai kritik. Program barak militer, misalnya, sempat diulas oleh Komnas HAM dan KPAI atas potensi pelanggaran hak anak dan risiko represif tersembunyi

    Selain itu, gaya kepemimpinan yang terbuka di media sosial dianggap bisa mengalihkan fokus dari substansi kebijakan, meskipun Kang Dedi menekankan bahwa transparansi tetap memungkinkan efisiensi birokrasi

    Refleksi Pemikiran: Kearifan Adaptif ala Kang Dedi

    Jika dirangkum, berikut adalah refleksi pemikiran Kang Dedi dalam menghadapi perubahan zaman:

    Adaptif dengan teknologi digital menjadi sarana, bukan sekadar wacana.Keharmonian Sosial & Lingkungan modernitas bersanding dengan nilai-nilai budaya.

    Laboratorium Moral Kontekstual pendidikan karakter tidak cukup teori, tapi pengalaman.opulisme Berbasis Budaya komunikatif tanpa melupakan akar lokal.

    Penutup

    Kang Dedi Mulyadi bukan sekadar pemimpin birokratis biasa ia adalah sosok yang mencoba menjembatani antara transformasi zaman dan nilai lokal, antara digitalisasi dan kedalaman moral. Dengan karya seperti program barak militer dan gaya komunikasinya yang terbuka, ia memberikan contoh penting tentang bagaimana pemimpin modern bisa tetap menghapus kukuh.

    Mari kita renungkan: bagaimana model kepemimpinan seperti ini bisa disesuaikan oleh daerah lain? Siapa tahu, ide-ide kearifan lokal yang berpandangan jauh kedepan bisa memperkuat fondasi masa depan yang inklusif dan berintegritas.

    Menyambut Tantangan Kritikal kritikal dipakai untuk memperkuat etika dan kebijakan.

    Kalau kamu tertarik mengetahui lebih jauh tentang pemikiran dan program-program Kang Dedi Mulyadi, ayo follow akun Instagram berikut:

    @dedimulyadi71

    Di sana kamu bisa mengikuti langkah nyata, konten edukatif, dan berbagai refleksi kepemimpinan yang terus berkembang.

     

    @dedimulyadi@fans KDM@_kangdedimulyadi.com

    lihat artikel lainya

    https://kangdedimulyadi.com/analisis-pemikiran-kang-dedi-mulyadi-tentang-pembangunan-ekonomi-kerakyatan/

    Related articles

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Stay Connected

    0FansLike
    0FollowersFollow
    0FollowersFollow
    0SubscribersSubscribe
    spot_img

    Latest posts