Pendahuluan
Di era digital dan globalisasi seperti sekarang, dinamika sosial dengan cepat menuntut pemimpin yang adaptif, dipaksakan kuat pada budaya lokal, serta mampu merespons kebutuhan zaman. Kang Dedi Mulyadi, Gubernur Jawa Barat (periode 2025–2030), muncul sebagai sosok yang mengintegrasikan kearifan lokal dengan transformasi modern sebuah kecakapan penting dalam menghadapi perubahan zaman
Gaya Kepemimpinan Digital dan Transparan
Kang Dedi Mulyadi diketahui membuktikan bahwa media sosial dan teknologi hanyalah alat kampanye, melainkan instrumen transformasi birokrasi dan partisipasi publik. Ia menggandeng influencer dan tokoh masyarakat untuk menyebarkan konten edukatif dan ketahanan pangan, sekaligus menerbitkan laporan publik demi transparansi pemerintah
Pendekatan ini mencerminkan gaya kepemimpinan yang sadar digital responsif, inklusif, dan akuntabel sebuah model yang relevan dalam membangun legitimasi institusi di era keterbukaan informasi.
Pendekatan Karakter Lewat Filosofi Lokal
Dalam berbagai kesempatan, Kang Dedi sering menekankan keselarasan sebagai landasan kepemimpinan sejati. Dalam dialog kebangsaan di Universitas Pakuan (Catalyst 2025), ia menyampaikan:
Populis belum tentu harmonis… Kita membutuhkan pemimpin yang tegas, yang mampu membentuk keharmonisan antara manusia dan lingkungannya.
Melalui narasi seperti ini, Kang Dedi mengajak masyarakat untuk menyelaraskan kemajuan dengan nilai-nilai spiritual, budaya, dan lingkungan menegaskan bahwa masa depan dibangun di atas warisan masa lalu.
Model Pendidikan Karakter: Barak Militer sebagai Laboratorium Moral
Salah satu kontribusi paling inovatif dari Kang Dedi adalah gagasan pendidikan karakter remaja melalui model barak militer. Pemilihan sebagai respons terhadap krisis karakter di kalangan remaja, model ini memperkuat kedisiplinan, empati, dan tanggung jawab sosial dengan dasar refleksi dan interaksi yang bermakna
Perspektif Teori Perkembangan Moral Lawrence Kohlberg
Analisis berdasarkan teori Kohlberg menunjukkan bahwa program ini mampu mendorong transformasi moral pada remaja:
Tahap Pra-konvensional: awalnya, ketundukan muncul karena rasa takut akan hukuman.
Tahap Konvensional: motivasi moral berkembang ke rasa kepedulian terhadap norma sosial dan tanggung jawab kelompok.
Tahap Pasca-konvensional: sebagian peserta mulai bergerak menuju internalisasi nilai universal seperti empati dan solidaritas
Walaupun bersifat struktural, program ini menekankan aspek humanistik bukan represif melalui disiplin tanpa kekerasan fisik, tetapi dengan rutinitas, refleksi, dan dialog terbuka sebagai metode pembentukan karakter
Komunikasi Populis dengan Nilai Budaya Sunda
Gaya komunikasi Kang Dedi sering disebut populis lokal: menggunakan bahasa daerah, simbol budaya Sunda, dan tingkat kedekatan ala wong cilik untuk menjaga keterhubungan dengan rakyat
Lebih jauh lagi, ia juga melakukan reframe narasi agar visi tetap relevan dengan isu nasional seperti digitalisasi, energi hijau, dan industri 4.0 tanpa menghilangkan akar budaya.
Tantangan dan Kritik yang Dihadapi
Tentu saja, segala pendekatan selalu menuai kritik. Program barak militer, misalnya, sempat diulas oleh Komnas HAM dan KPAI atas potensi pelanggaran hak anak dan risiko represif tersembunyi
Selain itu, gaya kepemimpinan yang terbuka di media sosial dianggap bisa mengalihkan fokus dari substansi kebijakan, meskipun Kang Dedi menekankan bahwa transparansi tetap memungkinkan efisiensi birokrasi
Refleksi Pemikiran: Kearifan Adaptif ala Kang Dedi
Jika dirangkum, berikut adalah refleksi pemikiran Kang Dedi dalam menghadapi perubahan zaman:
Adaptif dengan teknologi digital menjadi sarana, bukan sekadar wacana.Keharmonian Sosial & Lingkungan modernitas bersanding dengan nilai-nilai budaya.
Laboratorium Moral Kontekstual pendidikan karakter tidak cukup teori, tapi pengalaman.opulisme Berbasis Budaya komunikatif tanpa melupakan akar lokal.
Penutup
Kang Dedi Mulyadi bukan sekadar pemimpin birokratis biasa ia adalah sosok yang mencoba menjembatani antara transformasi zaman dan nilai lokal, antara digitalisasi dan kedalaman moral. Dengan karya seperti program barak militer dan gaya komunikasinya yang terbuka, ia memberikan contoh penting tentang bagaimana pemimpin modern bisa tetap menghapus kukuh.
Mari kita renungkan: bagaimana model kepemimpinan seperti ini bisa disesuaikan oleh daerah lain? Siapa tahu, ide-ide kearifan lokal yang berpandangan jauh kedepan bisa memperkuat fondasi masa depan yang inklusif dan berintegritas.
Menyambut Tantangan Kritikal kritikal dipakai untuk memperkuat etika dan kebijakan.
Kalau kamu tertarik mengetahui lebih jauh tentang pemikiran dan program-program Kang Dedi Mulyadi, ayo follow akun Instagram berikut:
@dedimulyadi71
Di sana kamu bisa mengikuti langkah nyata, konten edukatif, dan berbagai refleksi kepemimpinan yang terus berkembang.
@dedimulyadi@fans KDM@_kangdedimulyadi.com
lihat artikel lainya