Pendahuluan
Mengenal sosok Dedi Mulyadi atau akrab disapa Kang Dedi Mulyadi (Demul) adalah seperti menemukan cerita yang hidup dari sebuah layar media sosial ke ranah nyata. Sang Gubernur Jawa Barat yang memulai karier dari tingkat daerah kini berada di posisi yang membuatnya makin dikenal luas. Popularitasnya bukan hanya karena kebijakan, tetapi juga gaya komunikasinya yang merakyat, sederhana, dan menghindari kesan formalitas berlebihan.
Gaya Kepemimpinan Walk-Around yang Efektif
Dikenal dengan gaya walk-around leadership, Dedi tak segan turun langsung ke pasar, sungai, maupun pemukiman warga. Metode seperti ini memungkinkan ia langsung melihat masalah di akar permasalahan masyarakat‎
Survei Tirto pada Juni 2025 mengungkap bahwa 85,2% masyarakat Jawa Barat mengetahui atau mendengar kebiasaan sidak tersebut, dan 90,9% diantaranya menyetujui tindakan tersebut sebagai bentuk nyata kepemimpinan
Dekat dengan Rakyat Lewat Media Sosial
Menurut survei Tirto dan Jakpat (Juni 2025), 81,02% warga Jawa Barat mengenal Demul melalui media sosial seperti YouTube, Instagram, TikTok, dan Facebook; 95% diantaranya sudah menonton kontennya‎
Angka kepuasan masyarakat terhadap gaya komunikasi Dedi mencapai 90,07%, dan 85,51% menyatakan bahwa gaya komunikasi ini mendorong kebijakan yang lebih responsif. Hanya sebagian kecil yang kurang melihat dampaknya‎
Efisiensi Anggaran Lewat Konten Kreatif
Salah satu aspek menarik dari gaya komunikasinya adalah efektivitas anggaran. Anggaran iklan Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang tadinya capai Rp 50 miliar mampu ditekan menjadi hanya Rp 3 miliar karena konten media sosialnya yang viral dan menyebar luas tanpa biaya mahal‎
Gubernur Influencer Hiburan dan Koneksi Emosional
Pengamat menyebut Dedi sebagai Gubernur Influencer atau Gubernur Konten julukan yang mencerminkan gaya komunikasinya yang emosional, personal, dan hiburannya bisa menyentuh hati publik tanpa terkesan formal‎
Kunto Adi Wibowo (Unpad) mengatakan Demul berhasil mengombinasikan kedekatan ala Jokowi dengan ketegasan seperti Prabowo, menciptakan citra pemimpin yang kuat, merakyat, dan tegas
Kritik Populisme Berisiko Fanatisme Figur
Namun, ada sisi kritis dari gaya komunikasi ini. Musfi Romdoni dari Helios Strategic Institute mengingatkan bahwa apresiasi masyarakat sering berasal dari keterikatan emosional terhadap figur, bukan capaian kebijakan yang nyata
Ia menyebut potensi munculnya kultus individu, yang bisa melemahkan institusi demi figur semata, serta risiko polarisasi fanatisme yang mengganggu diskursus demokrasi
Popularitas sebagai Modal, Bukan Jaminan Survei juga mencatat sekitar 89,19% responden menilai Demul berpotensi memimpin di level nasional, meskipun masih terlalu dini menurut Musfi. Ia menegaskan dukungan struktural partai politik tetap jadi penentu utama jalan politik‎
Skema koalisi dan posisi dari parpol tetap menjadi faktor krusial dalam kemungkinan maju ke Pilpres 2029.
Kesimpulan Harmoni Antara Dekat dan Tegas
Potret Dedi Mulyadi adalah gambaran pemimpin masa kini yang menggabungkan kehadiran fisik dengan kehadiran digital—turun ke rakyat dan menyatu melalui layar. Gaya informal, humor lokal, dan konten sederhana membangun koneksi emosional yang kuat. Meski demikian, tantangan terbesar adalah menjaga agar kedekatan ini tidak berubah menjadi fanatisme terhadap figur semata dan tetap memperkuat sistem demokrasi yang sehat
Judul Utama Potret Dedi Mulyadi Dekat dengan Rakyat, Jauh dari Formalitas Gubernur Influencer Gaya Komunikasi Populis Dedi Mulyadi
Efisiensi Anggaran dan Konten Viral Strategi Demul di Media Sosial Walk-Around Leadership Kehadiran Nyata di Tengah Rakyat.Risiko Populisme Antara Kedekatan dan Fanatisme Figur
Tertarik melihat lebih banyak konten inspiratif dari Kang Dedi Mulyadi?
Ayo follow di media sosial dan kunjungi kangdedimulyadi.com untuk konten harian, ceramah rakyat, hingga laporan sidak langsung karena jadi dekat dengan rakyat berarti juga dekat dengan cerita mereka.
@dedimulyadi71@fans KDM@_kangdedimulyadi.com
lihat artikel lainya
https://kangdedimulyadi.com/kang-dedi-mulyadi-dan-gerakan-sosial-untuk-masyarakat-marginal/
