Pendahuluan
Gubernur Jawa Barat saat ini, Dedi Mulyadi, akrab disapa Kang Dedi Mulyadi atau KDM, dikenal bukan hanya sebagai politisi tegas, namun juga budayawan yang membawa kearifan lokal ke dalam ranah pembangunan modern. Sejak menapaki kariernya sebagai Bupati Purwakarta dan kini sebagai Gubernur Jawa Barat (2025–2030), beliau konsisten menerapkan political culture model khas Sunda yang menjadi “jembatan” antara tradisi dan modernitas, sehingga menciptakan politik kebudayaan yang inklusif dan visioner
Awal Karier dan Fondasi Budaya
Lahir di Sukasari, Subang, pada 11 April 1971, Dedi Mulyadi tumbuh dalam keluarga sederhana ayah pensiunan tentara, ibu aktivis kemanusiaan Sejak kecil dia terbiasa membantu ibunya menggembala domba dan berkebun, yang membentuk rasa empati dan kecintaan terhadap akar budaya masyarakat desa Pendidikan formal hingga Perguruan Tinggi Hukum membekalinya dengan perspektif modern dan legitimasi intelektual
Bupati Purwakarta: Tradisi dalam Kebijakan
Menjabat Bupati Purwakarta sejak tahun 2008 hingga 2018, Kang Dedi menerapkan berbagai kebijakan yang mencerminkan politik kebudayaan. Salah satunya, pemberlakuan jam malam bagi remaja dengan pendekatan adat pelanggar bisa dihukum adat, bahkan diusir sementara dari desa. Tujuan kebijakan ini adalah membangun karakter dan menjaga moral, bukan sekadar represi.
Selain itu, ia membentuk Badega Lembur, kelompok pengawasan warga berbasis komunitas, menunjukkan bagaimana norma lokal bisa berintegrasi dengan tata pemerintahan .
Budaya Sunda sebagai Ekosistem Pembangunan
KDM kerap menampilkan simbol-simbol budaya Sunda secara terbuka misalnya dalam pembentukan taman tematik, penggunaan salam sampurasun, hingga pelestarian kesenian tradisional. Meski sempat menuai kritik dari kelompok konservatif karena mengurasi unsur Islam, ia berargumen bahwa budaya Sunda bukan memisahkan, melainkan melengkapi identitas Jawa Barat yang harmonis dan menyertakan
Politik Digital: Merakyat via Media Sosial
Sebagai figur yang aktif di media sosial, Kang Dedi menggunakan kanal digital untuk menyebarkan narasi kebudayaan, pembangunan desa, hingga diskusi kebijakan. Hal ini menempatkannya sebagai salah satu politisi paling berpengaruh di media sosial menurut Indonesia Indicator tahun 2023
Dari Golkar ke Gerindra: Politik yang Luwes dan Tepat
Karier partai Kang Dedi dimulai di Golkar sejak 1999, termasuk menjadi Ketua DPD Golkar Jabar periode 2016–2020
Namun sejak 2023, ia berpindah ke Gerindra dan diusung sebagai calon Gubernur Jawa Barat dalam Pilgub 2024—yang akhirnya dimenangkan dengan suara sekitar 62 %, serta memenangi semua kabupaten/kota di Jabar
Gubernur Jawa Barat: Melanjutkan Politik Kebudayaan
Dilantik sebagai Gubernur pada 20 Februari 2025 bersama Wakil Gubernur Erwan Setiawan
Kang Dedi meneruskan pendekatan budaya dalam kebijakan kontemporer. Misalnya, pengiriman siswa bermasalah ke barak militer untuk membentuk karakter, yang ia tekankan bukan pelatihan militer semata, melainkan pembinaan mental dan kedisiplinan
Demikian juga, kebijakan jam masuk sekolah 06.30 WIB dan penghapusan PR menjadi bagian dari pendekatan efisiensi keluarga dan modernisasi
Kontroversi dan Kritik: Dinamika Politik Kebudayaan
Setiap inovasi, tentu menimbulkan kritik. Beberapa pihak, termasuk MUI dan DPR, sempat menentang usulan syarat vasectomy bagi penerima bansos hingga kritik terhadap pendekatan militerisasi karakter pelajar
Namun Kang Dedi konsisten menegaskan bahwa pendekatannya bukan represif, melainkan adaptif dan berbasis budaya lokal dan kebutuhan masyarakat.
Mengapa Ini Relevan: Politik Kebudayaan sebagai Model
Lewat seluruh perjalanan politiknya, Kang Dedi Mulyadi memperlihatkan bahwa politik kebudayaan bukan sekadar retorika, melainkan strategi pembangunan memadukan budaya, pemerintahan, modernitas, dan efektifitas pemerintahan. Ini menjadi contoh menarik bagi provinsi dan negara lain yang menghadapi tantangan modernisasi tanpa menghilangkan akar lokal.

lihat artikel lainya
@_kangdedimulyadi.com@dedimukyadi71
@fans KDM