Pendahuluan
Di tengah arus modernisasi dan pembangunan kota yang semakin cepat, desa sering kali tertinggal. Namun, bagi Kang Dedi Mulyadi, desa justru adalah fondasi utama kemajuan bangsa. Ia meyakini bahwa membangun Indonesia harus dimulai dari desa, karena di sanalah nilai-nilai kemandirian, gotong royong, dan budaya hidup sederhana masih terjaga kuat.
Konsep Desa Mandiri versi Kang Dedi Mulyadi
Dedi Mulyadi punya pandangan unik soal pembangunan desa. Menurutnya, desa yang maju bukan sekadar punya gedung megah atau jalan mulus, tapi desa yang warganya bisa hidup sejahtera tanpa bergantung sepenuhnya pada bantuan pemerintah. Ia menyebut konsep ini sebagai “Desa Berdikari,” yakni desa yang mampu mengelola potensi alam dan sosialnya sendiri.
Menghidupkan Potensi Lokal
Kang Dedi selalu mendorong masyarakat untuk menggali potensi lokal yang sering kali dilupakan. Misalnya, memanfaatkan lahan kosong untuk pertanian, beternak lele di kolam belakang rumah, atau mengembangkan kerajinan khas daerah. Ia percaya, setiap desa punya kekayaan yang bisa dijadikan sumber penghasilan jika dikelola dengan baik.
Dalam banyak kesempatan, ia juga mengajak warganya agar berpikir kreatif dan tidak malu dengan asal-usulnya. Karena menurutnya, “kekayaan sejati bukan di kota, tapi di tanah sendiri.”
Inovasi Sosial dan Ekonomi di Desa
Melalui program-program seperti Gerakan Desa Produktif dan Kampung Wisata Budaya, Dedi berhasil mengubah banyak desa di Jawa Barat menjadi pusat ekonomi kreatif. Ia memberi ruang bagi anak muda desa untuk berinovasi — dari membuat konten digital tentang budaya lokal hingga membuka UMKM berbasis hasil bumi.
Bagi Dedi, anak muda desa tidak boleh hanya jadi penonton, tapi harus jadi pelaku perubahan.
Infrastruktur yang Tepat Sasaran
Berbeda dari banyak pemimpin yang hanya fokus pada pembangunan fisik besar, Dedi lebih memilih infrastruktur yang benar-benar dibutuhkan masyarakat. Ia membangun jalan desa, irigasi pertanian, dan fasilitas publik sederhana tapi bermanfaat.
Menurutnya, pembangunan harus punya jiwa. Tidak sekadar beton dan aspal, tapi harus bisa memperbaiki kualitas hidup warga desa.
Desa sebagai Pusat Kebudayaan
Kang Dedi melihat bahwa kemajuan desa tidak akan berarti kalau budaya lokalnya hilang. Karena itu, ia selalu menyertakan unsur budaya dalam setiap pembangunan. Ia sering mengadakan acara adat, pertunjukan wayang, dan lomba permainan tradisional di desa-desa binaannya.
Tujuannya sederhana: agar generasi muda tidak kehilangan identitas. Desa bukan hanya tempat tinggal, tapi juga tempat berakar pada nilai dan sejarah.
Mendorong Gotong Royong dan Kemandirian Warga
Kemandirian desa tidak akan tercapai tanpa gotong royong. Dedi Mulyadi menekankan pentingnya kebersamaan dalam menyelesaikan masalah. Ia sering turun langsung ke lapangan untuk menggerakkan warga memperbaiki jalan, membersihkan sungai, atau membangun fasilitas umum tanpa menunggu bantuan pemerintah.
Bagi Dedi, gotong royong adalah jiwa sejati orang Sunda dan kunci utama kemajuan desa.
Meningkatkan Peran Perempuan dan Pemuda Desa
Dalam banyak programnya, Dedi juga memberikan ruang bagi perempuan dan pemuda untuk berperan aktif. Ia mendorong ibu-ibu rumah tangga mengelola usaha kecil, seperti membuat makanan khas daerah, serta mengajak pemuda menjadi motor penggerak inovasi desa.
Baginya, ketika perempuan dan pemuda berdaya, desa akan tumbuh lebih cepat dan kuat.
Hasil Nyata dari Kepemimpinan Dedi Mulyadi
Berbagai desa di Jawa Barat yang dulu tertinggal kini mulai berubah berkat pendekatan Dedi. Banyak desa yang sukses mengembangkan produk lokal, menjadi destinasi wisata, dan mandiri secara ekonomi. Semua itu berawal dari cara pandang sederhana: percaya pada kekuatan sendiri.
Kesimpulan
Kepemimpinan Dedi Mulyadi dalam membangun desa mandiri menunjukkan bahwa kemajuan tidak harus dimulai dari kota besar. Dengan visi yang membumi, ia membuktikan bahwa desa bisa menjadi pusat kemajuan jika dipimpin dengan hati dan diberi ruang untuk berkembang.
Desa yang mandiri bukan hanya tanda kemajuan ekonomi, tapi juga simbol kedaulatan budaya dan martabat rakyat. Dedi mengingatkan kita semua bahwa masa depan Indonesia ada di desa, bukan di gedung pencakar langit.