Pengantar
Budaya Sunda bukan hanya warisan sejarah, melainkan identitas yang hidup dalam sendi kehidupan masyarakat Jawa Barat. Di tengah gempuran modernisasi dan arus globalisasi, nilai-nilai lokal seperti silih asah, silih asih, silih asuh sering kali tergerus. Di sinilah peran tokoh seperti Kang Dedi Mulyadi menjadi penting.
Sebagai sosok yang dikenal sebagai lambang budaya Sunda disebut Ki Sunda Kang Dedi konsisten mengusung kearifan lokal sebagai pijakan kebijakan publik yang humanis dan inspiratif
Kepemimpinan Berbasis Budaya, Moral, dan Etika Sebagai mantan Bupati Purwakarta dan kini Gubernur Jawa Barat sejak Februari 2025
Kang Dedi Mulyadi menerapkan prinsip bahwa budaya, moral, dan etika adalah kompas dalam memimpin. Ia kerap menegaskan: “Nulung kanu butuh, nalang kanu susah, nyaangan kanu poekeun artinya membantu, menolong, dan menerangi yang gelap hatinya
Gaya ini bukan hanya retorika: setiap kebijakannya menyertakan nuansa keadilan, empati, dan keseimbangan demi kebaikan semua pihak
Sunda Bakti: Semangat Pengabdian dalam Kebijakan
Konsep Sunda Bakti memosisikan budaya Sunda bukan sebagai sekadar simbol, melainkan sebagai ruh perjuangan. Dalam masa kepemimpinannya, Kang Dedi mewajibkan penggunaan pakaian adat Sunda di instansi pemerintahan dan sekolah dalam rentang waktu tertentu
Arsitektur publik pun dirias dengan elemen khas Sunda, sementara taman seni dan patung-pewayangan diciptakan sebagai identitas visual yang memperkuat jati diri lokal
Lab Kebudayaan Sunda: Lembaga Riset untuk Masa Depan Budaya
Pada Pilgub Jabar dan dalam berbagai forum budaya, Kang Dedi mengusulkan pendirian Laboratorium Kebudayaan Sunda, sebuah lembaga riset mendalam agar filosofi budaya Sunda tidak sekadar cerita, melainkan fondasi akademik pembangunan
bahwa manuskrip dan tulisan Sunda buhun harus diteliti secara ilmiah, menjadi karya akademik dan jurnal internasional yang membumikan warisan budaya Sunda
Simbolisasi Alam: Laut, Gunung, dan Tanah sebagai Filosofi Sunda
Dalam pandangan Kang Dedi, alam adalah media pembelajaran dan simbol kehidupan:Laut Selatan digambarkan sebagai putri cantik (Nyi Ratu), simbol kehormatan dan tanggung jawab dalam menjaga alam
Harapan Rakyat
Gunung dan hutan diidentikkan dengan Abah Siliwangi atau maung kejayaan simbol kehormatan dan kestabilan. Jika dihormati, gunung memberi kemakmuran dan ketentraman
Harapan Rakyat
Tanah disimbolkan sebagai Sunan Ambu ibu yang penuh kasih. Merusak tanah sama dengan durhaka terhadap ibu sendiri
Akar Budaya dalam Pembangunan Jawa Barat
Pada peringatan Hari Jadi Jabar ke-80 (Agustus 2025), Kang Dedi menekankan bahwa pembangunan tidak boleh terlepas dari akar budaya. Ia mencontohkan bahwa bangsa maju selalu menjaga warisan sejarahnya seperti bangunan kuno di Inggris dan AS
Pikiran Rakyat Koran
Menurutnya, pembangunan yang harmonis harus menyentuh manusia, alam, tanah, air, dan udara secara seimbang dan humanis
Tri Tangtu di Buana: Pembagian Ruang Hidup yang Sehat
Nilai budaya Sunda seperti tri tangtu di buana pemisahan ruang antara pegunungan, pemukiman, dan pantai adalah strategi hidup sehat dan selaras dengan alam. Privasi ruang, jarak antar rumah untuk menjaga ketersediaan pangan, dan distribusi ruang ekologis adalah cerminan kebijaksanaan lokal
Komunikasi Politik Persuasif dan Digitalisasi Budaya
Kang Dedi sangat mahir menggunakan komunikasi berbasis budaya dalam ucapan, simbol, dan narasi untuk membangun citra yang dekat dengan rakyat
Dalam dunia digital, kanal seperti YouTube dan TikTok memegang peranan penting. Kontennya menyatu dengan cerita rakyat, kehidupan desa, dan kegiatan budaya, membentuk citra pemimpin yang merakyat dan empatik
Studi akademik menyebut gaya komunikasi ini sangat efektif menciptakan cultural branding, engagement dialogis, storytelling personal, serta distribusi visual yang simpatik
Hasil Nyata: Indeks Pembangunan Manusia dan Identitas Budaya
Kebijakan budaya Kang Dedi ternyata berpengaruh langsung pada pembangunan. Misalnya, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Purwakarta semasa kepemimpinannya meningkat menjadi 70,69 pada 2018, yang saat itu merupakan yang tertinggi di Jawa Barat
Kebijakan seperti larangan pekerjaan rumah untuk mengurangi beban siswa, taman seni, serta pengucapan Sampurasun oleh 57.000 orang menjadi simbol revolusi budaya publik semuanya memperkuat identitas lokal tanpa mengabaikan kemajuan sosial
Kesimpulan: Budaya Sunda sebagai Napas Kebijakan dan Pemberdayaan
Kang Dedi Mulyadi membuktikan bahwa budaya bukan hanya pajangan melainkan napas kehidupan, kebijakan, dan pemberdayaan masyarakat. Dari pakaian adat hingga penelitian ilmiah, dari simbol alam hingga komunikasi modern, ia menyulam budaya Sunda ke seluruh lini pemerintahan dan publikasi.
Melalui pendekatan humanis, simbolik, dan ilmiah, Kang Dedi berhasil mengembalikan marwah budaya Sunda sebagai
sebagai Napas Kebijakan dan Pemberdayaan
Kang Dedi Mulyadi membuktikan bahwa budaya bukan hanya pajangan melainkan napas kehidupan, kebijakan, dan pemberdayaan masyarakat. Dari pakaian adat hingga penelitian ilmiah, dari simbol alam hingga komunikasi modern, ia menyulam budaya Sunda ke seluruh lini pemerintahan dan publikasi.
Melalui pendekatan humanis, simbolik, dan ilmiah, Kang Dedi berhasil mengembalikan marwah budaya Sunda sebagai kekuatan pembangunan seimbang antara tradisi dan modernitas.Ayo Terus Dukung Semangat Sunda Bakti!
Jika kamu peduli pada pelestarian budaya Sunda, yuk terus ikuti langkah-langkah Kang Dedi Mulyadi:
Kunjungi situs resmi: [kangdedimulyadi.com]
Follow akun media sosial beliau untuk konten inspiratif seputar budaya Sunda, kebijakan publik Sunda, dan gerakan Sunda Bakti
Mari kita berkolaborasi dalam menjaga identitas kita, mengenalkan nilai luhur, dan ikut serta dalam kebangkitan budaya Sunda di era modern ini
@dedimulyadi@fans KDM@_kangdedimulyadi.com
lihat artikel lainya
https://kangdedimulyadi.com/memaknai-kebudayaan-menurut-kang-dedi-mulyadi/