Pendahuluan
Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan akar budayanya. Identitas lokal, nilai sejarah, bahasa daerah, kearifan tradisional—semuanya membentuk jati diri bangsa yang kemudian menjadi pegangan dalam menghadapi perubahan zaman. Dalam konteks Indonesia, terutama di Jawa Barat, sosok Kang Dedi Mulyadi muncul sebagai salah satu tokoh yang gigih memperjuangkan kembalinya kesadaran tentang jati diri bangsa melalui budaya Sunda dan nilai lokal. Artikel ini membahas bagaimana Kang Dedi Mulyadi menjadi juru kunci jati diri bangsa, kiprah, kebijakan, filosofi, tantangan, serta ajakan bagi pembaca untuk turut partisipasi dalam gerakan pelestarian budaya dan identitas.
Siapa Itu Kang Dedi Mulyadi?
Siapa sebenarnya Kang Dedi Mulyadi? Berikut fakta-fakta penting:
Nama lengkap: Dedi Mulyadi (lahir 11 April 1971), dikenal juga dengan sapaan Kang Dedi atau inisial KDMSebelumnya beliau pernah menjabat sebagai Bupati Purwakarta selama dua periode (2008–2013 dan 2013–2018) dan sebelum itu wakil bupatiLatar belakang pendidikan mencakup Sarjana Hukum dari Sekolah Tinggi Hukum Purnawarman dan pendidikan tinggi lainnya
Filosofi, Identitas, dan Jati Diri Budaya
Budaya Sunda sebagai akar identitas
Kang Dedi sering menekankan pentingnya budaya lokal, khususnya Sunda, sebagai bagian dari identitas. Misalnya dalam peringatan Hari Jadi Bogor ke-534, beliau mengajak masyarakat Jawa Barat “Balik ka jati diri Ki Sunda”, supaya masyarakat lebih mengenal sejarah Kerajaan Pajajaran dan semangat Pakuan Pajajaran.
Filosofi Sunda yang ia angkat bukan hanya simbol atau estetika, tapi sebagai landasan moral dan etika dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Nilai seperti silih asah, silih asih, silih asuh, keadaban terhadap alam, penghormatan terhadap leluhur, menjadi bagian dari cara berpikir Kang Dedi dalam merancang kebijakan publik.
Jati diri nasional dalam konteks lokal
Meski fokusnya kepada budaya Sunda dan Jawa Barat, Kang Dedi melihat bahwa jati diri nasional juga terikat erat dengan apa yang terjadi di daerah. Karena Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan ratusan suku, identitas daerah tidak bisa dilepaskan dari identitas nasional. Apakah bahasa daerahnya tetap lestari? Apakah seni tradisional masih dihargai? Apakah sejarah lokal diajarkan dan dipahami oleh generasi muda?
Kebijakan & Praktik: Bagaimana Kang Dedi Merealisasikan Jati Diri
Untuk menjadi “juru kunci” jati diri bangsa, tidak cukup hanya berbicara; harus ada aksi nyata. Berikut beberapa contoh kebijakan dan praktik dari Kang Dedi Mulyadi:
Peringatan Sejarah dan Tradisi Lokal
Saat Hari Jadi Bogor, Kang Dedi memperingati kembali kejayaan Kerajaan Pajajaran, mengajak masyarakat mengenang dan menghidupkan semangat sejarah
Peringatan ini juga dijadikan momentum untuk mengangkat produk lokal khas, budaya tradisional, dan menjaga kelestarian lingkungan sebagai bagian dari warisan budaya
Pemerintahan yang Berakar Budaya dan Logika Kemanusiaan
Dalam memimpin pemerintahan sebagai Bupati Purwakarta, beliau mengungkap bahwa kunci sukses ASN adalah yang mampu menyelaraskan logika dan hati, antara administratif dan kemanusiaan.
Pemerintahan yang Berakar Budaya dan Logika Kemanusiaan
Dalam memimpin pemerintahan sebagai Bupati Purwakarta, beliau mengungkap bahwa kunci sukses ASN adalah yang mampu menyelaraskan logika dan hati, antara administratif dan kemanusiaan
Kebijakan publik yang dibuatnya banyak mempertimbangkan nilai-nilai lokal, kondisi sosial budaya masyarakat, bukan hanya mengikuti tren atau tekanan politik.
Pelibatan Masyarakat dan Kepedulian terhadap Alam
Kang Dedi sering menyerukan perlindungan terhadap lingkungan sebagai bagian dari jati diri. Misalnya dalam konteks Bogor, beliau menolak penambangan ilegal dan eksploitasi sumber daya alam yang merusak lingkungan.
Pemajuan pertanian lokal, komoditas khas daerah, dinamika desa, diangkat sebagai bagian penting dari pembangunan. Dengan demikian, kehidupan masyarakat desa dan tradisi agraris tetap hidup.Pendidikan Karakter dan Kepemimpinan
Salah satu ciri kuat dari kepemimpinan Kang Dedi adalah penekanan pada karakter: integritas, moral, keadilan, kepekaan sosial. Ia sering berbicara bahwa generasi muda harus ditumbuhkan bukan hanya dengan prestasi akademik, tapi juga memahami budaya, menghayati sejarah, dan mencintai lingkungannya.
Mengapa Perlu “Juru Kunci Jati Diri Bangsa”?
Kata “juru kunci” sering diasosiasikan dengan penjaga pintu, penjaga kunci, seseorang yang menjaga agar pintu tetap bisa dibuka tapi juga dijaga agar tidak sembarang orang bisa sembarang masuk. Dalam konteks identitas bangsa:
Menjaga warisan budaya: agar tidak hilang oleh arus globalisasi dan modernisasi yang kadang mengesampingkan nilai lokal.
Memperkuat rasa nasionalisme: karena bila masyarakat tidak lagi mengenal akar budayanya, mereka rentan kehilangan orientasi identitas, yang bisa berdampak pada stabilitas sosial dan budaya.
Meneguhkan karakter masyarakat: identitas budaya membawa moral, etika, nilai gotong royong, kejujuran, dan aspek-aspek lain yang memperkuat kohesi sosial.
Kang Dedi dalam banyak pidato dan tindakan “menjadi juru kunci” dengan artian menjaga agar jati diri budaya tetap hidup dan diintegrasikan ke dalam kehidupan sehari-hari.
Tantangan yang Dihadapi
Sebagai penjaga jati diri, tidak semua orang setuju, tidak semua kebijakan langsung diterima, dan ada banyak tantangan:
Modernisasi dan Globalisasi
Arus budaya populer, media sosial, gaya hidup modern bisa menenggelamkan budaya lokal. Anak muda kadang lebih kagum dengan budaya asing ketimbang budaya sendiri.
Politik Identitas vs Inklusi
Ada risiko salah tafsir bahwa penguatan budaya lokal menjadi politik identitas yang eksklusif. Perlu dijaga agar tidak menjadi sekadar retorika, tapi inklusif terhadap keberagaman.
Sumber Daya dan Infrastruktur
Pelestarian budaya butuh dukungan, dana, sarana—untuk pendidikan, pelatihan, pemeliharaan situs sejarah, dan perawatan budaya tak benda seperti seni tradisional, bahasa daerah.
Isu Kontroversial dan Pro-Kontra Publik
Beberapa kebijakan Kang Dedi menuai kritik, seperti regulasi sosial (jam malam pelajar, pengaturan publik), atau usulan kebijakan KB yang sensitif.
Generasi Muda dan Pendidikan
Apakah pendidikan formal sudah cukup memasukkan pelajaran budaya lokal dan sejarah lokal? Apakah kurikulum mendukung? Apakah guru dan sekolah memperhatikan? Ini menjadi tantangan besar.
Kesadaran masyarakat terhadap sejarah lokal dan budaya Sunda makin meningkat. Kegiatan perayaan tradisi, kerajinan lokal, pelestarian alam mendapat perhatian publik.Kebijakan publik yang berbasis budaya memperkuat rasa kepemilikan masyarakat atas daerahnya sendiri—mendorong partisipasi warga dalam pembangunan.
Pemerintahan yang menunjukkan kemanusiaan, mengutamakan moral dan etika, selain efisiensi administratif.
Generasi muda yang mulai mengenal sejarah lokal (Kerajaan Pajajaran, budaya Sunda) sebagai bagian dari identitas mereka.
Sebagai pembaca atau warga negara, kita juga punya peran dalam menjaga jati diri bangsa. Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan:
Pelajari budaya lokal sendiri: bahasa daerah, seni, tradisi, sejarah tempat tinggal.
Gunakan media sosial untuk menyebarkan yang positif: dokumentasi budaya, cerita lokal, musik tradisional, kuliner khas.
Dukung produk lokal: kerajinan tangan, kain tradisional, makanan tradisional—baik secara ekonomi maupun promosi.
Ikut dalam kegiatan komunitas budaya: sanggar seni, grup teater lokal, kelompok adat, pagelaran budaya.
Edukasi anak-anak dan generasi muda dari rumah: ceritakan tentang leluhur, sejarah lokal, literatur daerah
Kesimpulan
Kang Dedi Mulyadi bukan hanya seorang politisi atau pemimpin daerah; dia adalah sosok yang dengan konsisten mengambil peran sebagai juru kunci jati diri bangsa—terutama melalui budaya Sunda, sejarah lokal, dan nilai-nilai kemanusiaan. Dalam era di mana arus globalisasi dan modernisasi kadang membuat kita lupa akar budaya, tokoh seperti Kang Dedi muncul sebagai penyeimbang, penjaga agar identitas tidak luntur.
Mari kita ikut serta dalam menjaga jati diri bangsa bersama Kang Dedi Mulyadi. Untuk update terkini mengenai gagasan, kebijakan, kegiatan budaya, dan inspirasi kepemimpinan beliau:
Follow akun media sosial: @dedimulyadi71 di platform-platform seperti Instagram, Twitter, TikTok atau lainnya.
@dedimulyadi71@fans KDM32@_kangdedimulyadi.com
lihat artikel lainya
https://kangdedimulyadi.com/peran-dedi-mulyadi-dalam-kancah-politik-nasional/