Pendahuluan
Di era digital dan globalisasi seperti sekarang, konsep kota pintar (smart city) menjadi salah satu target setiap daerah di Indonesia. Konsep ini hadir tidak hanya sebagai upaya modernisasi, tetapi juga sebagai cara agar pembangunan menjadi lebih efisien, inklusif, dan berkelanjutan. Namun, bagaimana jika kota pintar tidak hanya dibangun berdasarkan teknologi, tetapi juga berdasarkan budaya lokal? Di sinilah peran strategis seorang pemimpin seperti Kang Dedi Mulyadi muncul.
pintar berbasis budaya menawarkan pendekatan yang unik: menggabungkan inovasi teknologi dan layanan publik dengan pelestarian nilai-nilai budaya, tradisi, dan identitas lokal.
Dalam artikel ini, kita akan mengupas strategi Kang Dedi Mulyadi dalam membangun kota pintar berbasis budaya: latar belakang, pilar-pilar strategis, tantangan & solusi, dampak terhadap masyarakat, serta rekomendasi ke depan.
Latar Belakang
Siapa Kang Dedi Mulyadi
Lahir 11 April 1971, dia memulai karier politiknya sebagai anggota legislatif di Purwakarta. Semasa menjadi Bupati Purwakarta (2008–2018), ia mulai dikenal lewat berbagai inovasi budaya dan sosial.
Setelah kemenangan besar dalam Pilgub Jawa Barat 2024, ia resmi dilantik sebagai Gubernur pada Februari 2025Salah satu visi utamanya: mengangkat kembali budaya Sunda dan kebudayaan lokal sebagai bagian tak terpisahkan dari cara memimpin dan membangun masyarakatMengapa Basis Budaya dalam Kota Pintar Penting
Konsep kota pintar sering mengacu pada aspek-aspek teknologi: digitalisasi layanan publik, sensor dan data untuk manajemen kota, e-government, transportasi cerdas, pengelolaan sampah yang efisien, dan lain-lain.
Namun, jika pembangunan kota pintar hanya berdasar teknologi tanpa memperhatikan budaya lokal dan identitas masyarakat, maka ada risiko:
Kehilangan identitas lokal
Resistensi masyarakat jika merasa budaya mereka diabaikan
Ketidakseimbangan antara kemajuan fisik/teknologis dan kemajuan sosial/kemanusiaan
Kang Dedi Mulyadi menyadari bahwa budaya bukan hambatan, melainkan modal kuat pembangunan: budaya menjadi identitas yang memperkuat ikatan sosial, meningkatkan rasa memiliki, dan memperkaya kualitas hidup masyarakat.
Pilar Strategis Kota Pintar Berbasis Budaya ala Kang Dedi Mulyadi
Dari berbagai kebijakan, pernyataan publik, dan program yang sudah dijalankan oleh Kang Dedi Mulyadi, dapat diidentifikasi beberapa pilar strategis dalam membangun kota pintar yang berbudaya:
Pelestarian Identitas Lokal & Tradisi Budaya
Pendirian pusat kebudayaan: Kang Dedi Mulyadi mengusulkan pembangunan pusat kebudayaan di Jawa Barat untuk meniru langkah Bali.
Penguatan Layanan Publik Digital yang Sensitif Budaya
Pengembangan e-government dan kemudahan perizinan, kependudukan, pelayanan publik lainnya yang dekat dengan masyarakat lokalIntegrasi Infrastruktur Teknologi dengan Kearifan Lokal
Teknologi seperti sensor, data, digitalisasi transaksi non-tunai di pasar rakyat, sistem pengelolaan lingkungan, penerangan jalan, transportasi: semua dikemas agar tidak mengabaikan estetika budaya dan kebutuhan lokal.
Partisipasi Masyarakat & Kebijakan Inklusif
Melibatkan masyarakat dalam desain kebijakan: mendengarkan aspirasi warga, komunitas adat, seniman lokal.
Mengadakan partisipasi publik secara rutin dalam kegiatan budaya, forum warga, sosialisasi yang menggunakan bahasa lokal dan simbol budaya.
Program-program yang menggabungkan pendidikan budaya lokal ke sekolah atau ke kegiatan pemuda.
Pelestarian Lingkungan sebagai Bagian dari Budaya
Budaya Sunda memiliki unsur filosofis yang kuat terhadap alam dan keharmonisan dengan lingkungan. Kang Dedi menekankan pembangunan yang tidak merusak alam, menjaga kelestarian alam sebagai bagian dari budaya
Tantangan dan Solusi
Tentunya, strategi ini tidak tanpa tantangan. Berikut beberapa tantangan yang dihadapi + solusi yang bisa diterapkan:
Tantangan Dampak Potensial Solusi Strategis
Resistensi dari masyarakat yang lebih urban atau kosmopolitan Kurangnya minat terhadap budaya lokal; budaya dianggap kuno atau tidak relevan Edukasi lewat sekolah, kampus, media sosial; menampilkan budaya lokal dalam format modern yang menarik (kolaborasi seni tradisional + teknologi digital)Biaya dan anggaran Pembangunan pusat kebudayaan, pemeliharaan tradisi bisa mahal Memanfaatkan dana desa, CSR, kerjasama dengan sektor swasta; mencari sponsor budaya; alokasi anggaran daerah dengan prioritas budaya
Teknologi vs tradisi Risiko budaya dimodifikasi secara tidak autentik; alienasi budaya Libatkan ahli budaya, budayawan, komunitas adat dalam setiap tahap; dokumentasi; pelatihan agar generasi muda memahami akar budaya
Skala dan pemerataan Perbedaan akses antara daerah kota besar vs pedesaan; ketimpangan infrastruktur digital Fokus pembangunan infrastruktur digital di wilayah terpencil; program mobile services; perkuat jaringan internet & listrik ke daerah terpencilGlobalisasi dan arus budaya asing
Generasi muda terpapar budaya luar, kehilangan minat budaya lokal
Jadikan budaya lokal Dampak Terhadap Masyarakat
Implementasi strategi kota pintar berbasis budaya ala Kang Dedi Mulyadi memberikan beberapa dampak nyata dan potensial:
Penguatan Identitas Lokal
Masyarakat merasa diakui dan dihargai kultur dan tradisinya. Hal ini memperkuat rasa kebanggaan lokal dan ikatan sosial.
Pertumbuhan Ekonomi Kreatif
Pusat kebudayaan, pasar tradisional, industri kriya lokal dan pariwisata budaya bisa menjadi sumber PAD dan lapangan kerja. Contoh: revitalisasi pasar tradisional dengan digitalisasi transaksi dan peningkatan fasilitas.
Peningkatan Kualitas Layanan Publik
Dengan digitalisasi, e-government, kemudahan administrasi, warga memperoleh akses lebih cepat dan transparan. Acara seperti Nganjang Ka Warga menyatukan layanan publik dengan budaya lokal menjadi strategi dua dalam satu.
Peningkatan Partisipasi Masyarakat
Masyarakat tidak hanya sebagai objek pembangunan, tetapi sebagai subjek. Terlibat dalam dialog, menyuarakan aspirasi, ikut merawat budaya lokal.
Keseimbangan Pembangunan Fisik dan Sosial-Budaya
Kota pintar tidak hanya jalan, gedung, infrastruktur, tetapi bagaimana masyarakatnya tetap lestari budayanya, merawat alam, hidup harmonis.Contoh Implementasi Nyata di Jawa Barat
Beberapa contoh nyata kebijakan atau aksi dari Kang Dedi Mulyadi yang memperlihatkan strateginya:
Revitalisasi Pasar Tradisional Ramah Lingkungan – pasar rakyat ditata ulang agar bersih, sehat, mendukung transaksi digital non-tunaiPusat Kebudayaan di Lahan Tidak Produktif – lahan tidur dipertimbangkan untuk dikembangkan jadi pusat kebudayaan agar tidak hanya produktif ekonomi, tetapi juga produktif budaya dan estetika. Acara “Nganjang Ka Warga” — kombinasi layanan publik dan pertunjukan budaya lokal, salah satu media yang memungkinkan pemerintah langsung hadir di tengah masyarakat
Strategi untuk Pengembangan Lebih Lanjut
Untuk agar strategi ini berhasil dan berkelanjutan, berikut beberapa rekomendasi:
Pengembangan Kebijakan yang Memadukan Teknologi & Budaya Secara Konsisten
Misalnya, aplikasi digital layanan publik harus dihadirkan dalam bahasa lokal juga, desainnya menampilkan unsur budaya lokal, jangan terlalu “asing”.
Pendidikan Budaya dari Dini
Kurikulum sekolah memasukkan materi budaya lokal (seni, bahasa, filosofi lokal). Ekskul, pelatihan budaya bagi generasi muda.
Kolaborasi dengan Komunitas dan Seniman Lokal
Jangan hanya pemerintah, tapi komunitas budaya harus diberi ruang dan sumber daya untuk berkontribusi.
Monitoring & Evaluasi yang Transparan
Menetapkan indikator kinerja (Key Performance Indicators / KPI) yang mencakup aspek budaya, teknologi, kepuasan warga, partisipasi masyarakat, dan lingkungan.
Promosi dan Branding Kota Pintar Berbudaya
Memanfaatkan media sosial, kampanye digital, storytelling, dokumentasi budaya untuk memperkuat citra Jawa Barat sebagai provinsi kota pintar yang tetap berakar budaya.
Keuangan Berkelanjutan
Anggaran daerah secara khusus dianggarkan untuk budaya dan inovasi. Juga membangun model pembiayaan baru — public private partnership (PPP), dukungan donor, sponsorship budaya, serta pemberdayaan usaha kecil bidang budaya.
Kesimpulan
Kang Dedi Mulyadi menghadirkan model pembangunan kota pintar yang berbasis budaya sebagai sebuah jawaban atas tantangan zaman: bagaimana tetap maju dalam teknologi dan layanan publik, tanpa melepas akar budaya, identitas lokal, dan nilai-nilai tradisi yang membentuk masyarakat.
Jika Anda tertarik dengan ide-ide pembangunan yang menyatukan budaya, teknologi, dan pelayanan publik, silakan:
Follow sosmed: dedimulyadi71 untuk update terbaru, inspirasinya, serta program-program nyata yang dibangun untuk masyarakat Jawa Barat.
@dedimulyadi71@fans KDM32@_kangdedimulyadi.com
lihat artikel lainya
https://kangdedimulyadi.com/transformasi-purwakarta-di-bawah-kepemimpinan-kang-dedi-mulyadi/