Pendahuluan
Di Indonesia, pembangunan infrastruktur seringkali dikaitkan dengan jalan raya, jembatan, gedung publik, dan fasilitas layanan dasar seperti air bersih dan drainase. Namun, ketika pembangunan hanya berfokus pada aspek fisik dan ekonomi, sering muncul dampak negatif terhadap lingkungan: kerusakan ekosistem, banjir, pencemaran, hilangnya ruang terbuka hijau, hingga ancaman bagi biodiversitas. Oleh karena itu, muncul istilah penting seperti infrastruktur hijau, pembangunan berkelanjutan, ramah lingkungan, dan pembangunan rendah karbon, yang kini menjadi perhatian pemerintah dan publik luas.
Salah satu tokoh yang memperlihatkan komitmen terhadap pembangunan infrastruktur berbasis lingkungan di tingkat lokal ialah Kang Dedi Mulyadi — sekarang menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat. Melalui pendekatan yang menggabungkan kearifan lokal, pelestarian alam, dan pemerataan pembangunan, ia berusaha menjadikan pembangunan tidak hanya sebagai sarana kemajuan fisik, tetapi juga menjaga keseimbangan alam dan memperkuat identitas masyarakat
Artikel ini akan membahas bagaimana visi dan langkah-langkah Kang Dedi Mulyadi dalam membangun infrastruktur ramah lingkungan, kaitannya dengan persoalan pembangunan di Indonesia, manfaatnya, tantangan yang dihadapi, serta bagaimana masyarakat dapat mendukung agar pembangunan semakin hijau dan berkelanjutan.
Siapakah Kang Dedi Mulyadi?
Sebelum masuk ke uraian utama, ada baiknya kita mengenal lebih dalam siapa Kang Dedi Mulyadi.
Nama lengkap: Dedi Mulyadi, biasa disapa Kang Dedi Mulyadi atau “KDM”. Jabatan sekarang: Gubernur Jawa Barat sejak Februari 2025
Sebelumnya ia pernah menjabat Bupati Purwakarta dua periode.
Dengan latar belakang politik yang kuat, dan sebagai tokoh yang dikenal sangat menghargai budaya Sunda dan nilai-nilai lokal, Kang Dedi telah lama menyuarakan bahwa pembangunan infrastruktur harus selaras dengan lingkungan dan kearifan lokal. Ia melihat bahwa lingkungan bukan hal yang bisa diabaikan dalam proses pembangunan.Visi Pembangunan Infrastruktur Berbasis Lingkungan
Visi Kang Dedi Mulyadi dalam pembangunan infrastruktur berbasis lingkungan bisa diringkas dalam beberapa poin utama:
Selaras dengan alam
Artinya, pembangunan tidak boleh merusak lingkungan secara berlebihan. Hal ini mencakup menjaga daerah aliran sungai, perlindungan hutan dan gunung, konservasi sumber air, dan menjaga ruang terbuka hijau
Kearifan lokal sebagai fondasi
Memanfaatkan budaya, tradisi, dan praktik lokal sebagai sumber nilai — misalnya dalam arsitektur, pemilihan material, pengelolaan ruang publik, dll. Dengan demikian identitas budaya tetap hidup, dan masyarakat merasa ikut memiliki pembangunan
Keberlanjutan dan pembangunan rendah karbon
Pembangunan yang tidak hanya berdampak baik secara ekonomi, tetapi juga ramah terhadap iklim, mengurangi emisi karbon, serta memperhatikan mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
Pemerataan pembangunan dan kesejahteraan rakyat
Infrastruktur harus dibangun merata di semua wilayah, memperhatikan daerah yang selama ini kurang mendapat perhatian. Jalan, fasilitas air bersih, sanitasi, kesehatan, pendidikan, harus hadir agar masyarakat bisa merasakan manfaat pembangunan.
Partisipasi masyarakat dan transparansi
Agar pembangunan ramah lingkungan dan berkelanjutan efektif, masyarakat perlu dilibatkan secara aktif — dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Juga, penggunaan regulasi dan kajian ilmiah agar dampak lingkungan bisa diperkirakan dan diminimalisasi.
Contoh dan Langkah Konkret
Kang Dedi tidak hanya memiliki visi, tapi sudah ada beberapa langkah nyata yang telah dan sedang dilaksanakan. Berikut ini beberapa contoh:
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan sungai sebagai tulang punggung ekosistem
Di Karawang, misalnya, ia menekankan bahwa infrastruktur hebat saja tidak cukup jika rakyat tidak merasakan kesejahteraan. Salah satu fokus adalah sungai — bukan hanya untuk irigasi, tetapi sebagai bagian dari sistem pengelolaan air, pengendalian banjir, dan kelestarian lingkungan
Rehabilitasi lingkungan dan hutan kota
Ada inisiatif seperti rehabilitasi lingkungan di Batutulis, yang muncul ketika terjadi longsor — bukan sekadar memperbaiki jalan, tapi memulihkan hutan kota
Ruang publik yang berdimensi ekologis dan budaya
Taman kota, alun-alun, ornamen budaya Sunda yang ditanam dalam desain, ruang terbuka hijau yang tidak hanya sebagai penghias, tetapi sebagai bagian dari sistem ekologis. Ini memperkuat kesadaran lingkungan, sekaligus memberikan manfaat langsung bagi warga.
Pelestarian mata air dan hutan lokal
Di desa dan kawasan pegunungan, menjaga sumber mata air dan hutan lokal menjadi bagian dari rencana tata ruang. Tanpa sumber air yang baik dan hutan yang sehat, infrastruktur seperti pengairan dan drainase dapat mengalami kegagalan.
Penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan, inklusif, dan resilient
Pemerintah pusat juga telah menetapkan bahwa infrastruktur ke depan harus berdasarkan enam prinsip utama: ketahanan (resilience), konektivitas, keberlanjutan, inklusivitas, inovasi, dan tata kelola yang baik. Kang Dedi bergerak dalam kerangka yang mendukung prinsip-prinsip tersebut.Manfaat Infrastruktur Berbasis Lingkungan
Mengapa penting bagi pembangunan infrastruktur diarahkan agar berbasis lingkungan? Berikut beberapa manfaat utama:
Mengurangi risiko bencana alam
Infrastruktur yang memperhitungkan kontur alam, daerah aliran sungai, ruang hijau bisa mengurangi risiko banjir, longsor, dan erosi.
Perbaikan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat
Ruang terbuka hijau membantu udara lebih bersih, mengurangi polusi udara, mempercepat drainase, mengurangi suhu panas kota (urban heat island), dan memberi ruang rekreasi.
Konservasi keanekaragaman hayati
Dengan menjaga hutan, sungai, flora, dan fauna lokal, flora-fauna endemik tidak punah, ekosistem tetap seimbang.
Pembangunan rendah karbon & mitigasi perubahan iklim
Pengurangan emisi karbon, penggunaan material yang ramah lingkungan, serta pengelolaan sampah yang lebih baik, semuanya membantu target nasional dan internasional terkait perubahan iklim.
Pemerataan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat
Jika infrastruktur dibangun merata dan masyarakat dilibatkan, maka manfaat pembangunan akan dirasakan secara langsung, tidak hanya di wilayah perkotaan besar saja. UMKM lokal bisa terdorong, identitas budaya tetap terjaga, dan komunitas lokal bisa berkembang.
Tantangan dalam Implementasi
Walaupun ada visi dan beberapa langkah nyata, pembangunan infrastruktur berbasis lingkungan tidak selalu mudah. Berikut tantangan yang sering muncul:
Keterbatasan anggaran
Infrastruktur lingkungan sering membutuhkan biaya tambahan — misalnya untuk studi dampak lingkungan (AMDAL), material ramah lingkungan, pelaksanaan konservasi — yang bisa membebani APBD.
@ dedimulyadi 71@ fans KDM32@_kangdedimulyadi.com
lihat artikel lainya
https://kangdedimulyadi.com/inovasi-pemerintahan-dedi-mulyadi-di-purwakarta/