spot_img
Wednesday, October 15, 2025
More
    spot_img
    HomeArtikelKang Dedi Mulyadi dan Diplomasi Budaya dalam Pembangunan

    Kang Dedi Mulyadi dan Diplomasi Budaya dalam Pembangunan

    -

    Pendahuluan

     

    Dalam era globalisasi dan dinamika politik yang cepat berubah, pembangunan tidak hanya soal fisik—jalan, gedung, atau infrastuktur—tetapi juga soal kekerasan identitas, budaya, dan karakter bangsa. Kang Dedi Mulyadi muncul sebagai figur penting yang memadukan pembangunan fisik dan diplomasi budaya sebagai pijakan untuk kemajuan masyarakat di Jawa Barat dan nasional. Artikel ini akan membahas bagaimana diplomasi budaya dijalankan Kang Dedi, manfaatnya, tantangan, serta implikasi bagi pembangunan berkelanjutan. Kata kunci seperti budaya Sunda, pembangunan berbasis budaya lokal, kepemimpinan budaya, kearifan lokal, identitas lokal akan sering muncul — karena inilah topik yang banyak dicari di Google.co.id terkait Kang Dedi.

    Siapa Kang Dedi Mulyadi?

     

    Kang Dedi Mulyadi (lahir 11 April 1971) adalah tokoh politik dari Jawa Barat.

    Beliau pernah menjadi Bupati Purwakarta selama dua periode (2008-2018) dan kini menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat sejak Februari 2025.

     

    Kang Dedi dikenal bukan hanya sebagai pemimpin administratif, tetapi juga sebagai pemimpin budaya: seseorang yang sangat memperhatikan pelestarian budaya lokal terutama budaya Sunda, identitas masyarakat, tradisi, dan kearifan lokal

    Apa itu Diplomasi Budaya?

     

    Sebelum membahas bagaimana Kang Dedi melakukan diplomasi budaya, perlu dipahami dulu apa yang dimaksud dengan istilah itu. Diplomasi budaya adalah penggunaan budaya sebagai alat diplomasi atau komunikasi untuk membangun hubungan, memperkuat identitas, meningkatkan toleransi, memperluas pengaruh melalui soft power, serta membangkitkan rasa bangga terhadap warisan budaya.

     

    Dalam konteks lokal, diplomasi budaya berarti bahwa aspek budaya yang sering dipandang sebagai “tradisi” atau “warisan masa lalu” diposisikan sebagai elemen aktif dalam pembangunan—baik pembangunan sosial, ekonomi, pendidikan, dan identitas warga.

    Diplomasi Budaya dalam Kepemimpinan Kang Dedi

     

    Berikut ini adalah beberapa cara Kang Dedi Mulyadi mengimplementasikan diplomasi budaya dalam pembangunan:

     

    1. Pembangunan Berbasis Kearifan Lokal

     

    Semasa menjabat Bupati Purwakarta, Kang Dedi meluncurkan program “Purwakarta Berkarakter” yang menekankan religiusitas dan kearifan lokal.

    Kebudayaan Kemendikbud

     

    Ia mendorong masyarakat menghias lingkungan dengan aksesoris bambu khas Sunda—seperti boboko, kentongan, nyiru, dan sejenisnya. Aksesoris bambu itu bukan semata hiasan, tapi simbol budaya yang memiliki makna dalam kehidupan masyarakat.

    Salam “sampurasun” dan kentongan (kohkol) dijadikan cara untuk memperkuat rasa kebersamaan, toleransi, gotong-royong. Lebih dari itu, kegiatan massal pernah dilakukan di Purwakarta: pengucapan salam Sunda dalam jumlah besar dan pemakaian kentongan bersama.

    Kebudayaan Kemendikbud

     

    2. Memadukan Tradisi dan Modernitas

     

    Dalam pembangunan infrastruktur dan ruang publik, ia menanamkan nilai budaya Sunda. Misalnya, desain bangunan dan ruang publik, taman, dekorasi kota, patung-patung tokoh budaya pewayangan di Purwakarta.

    Di “Lembur Pakuan”, kediaman atau rumahnya yang sekaligus menjadi pusat budaya & edukasi budaya Sunda, dilakukan workshop kerajinan tangan, pelatihan bahasa Sunda, pagelaran seni tradisional. Ini contoh bagaimana budaya tidak hanya menjadi tontonan, tetapi dijadikan kegiatan aktif dan pelibatan masyarakat.

    SinergiNews

     

    3. Mengangkat Filosofi Lokal sebagai Pondasi Pembangunan

     

    Saat memperingati hari jadi Jawa Barat ke-80, Kang Dedi dalam pidatonya menekankan bahwa pembangunan haruslah berakar pada akar kebudayaan.

    Ia menyebut filosofi Sunda seperti silih asih, silih asah, silih asuh, konsep Rama, Resi, Prabu sebagai pilar civil society, pentingnya kecerdasan intelektual dan emosional serta spiritual. Pembangunan bukan hanya soal fisik, tapi juga soal membangun karakter.

     

    4. Diplomasi Budaya sebagai Soft Power

     

    Kang Dedi mempromosikan budaya Sunda ke tingkat yang lebih luas—tidak hanya lokal atau provinsi, tetapi juga nasional dan internasional melalui media, festival budaya, dan kolaborasi. Purwakarta pernah mencatat rekor pengucapan salam Sunda “sampurasun” dan pemukulan kentongan terbanyak.Program budaya dan tradisi dijadikan daya tarik wisata budaya, edukasi, dan pekerjaan kreatif bagi masyarakat lokal. Misalnya kerajinan bambu dan anyaman, serta pelibatan warga dalam kegiatan budaya sebagai sumber pendapatan dan identitas.

    Manfaat Diplomasi Budaya yang Dijalankan

     

    Diplomasi budaya seperti yang dilakukan Kang Dedi membawa berbagai manfaat nyata bagi pembangunan:

     

    Penguatan Identitas Lokal

    Masyarakat merasa bangga terhadap budaya mereka sendiri. Budaya Sunda tidak lagi menjadi sesuatu yang dianggap kuno, tetapi menjadi bagian identitas hidup sehari-hari.

     

    Pertumbuhan Ekonomi Lokal

    Industri kerajinan bambu, workshop budaya, wisata budaya, dan kegiatan publik berbasis budaya memberi peluang ekonomi bagi pelaku lokal—seniman, pengrajin, pemandu wisata budaya.

     

    Peningkatan Toleransi dan Kebersamaan SosialNilai-nilai seperti gotong-royong, saling menghormati, saling asah, salinasih, dan saling asuh menjadi jembatan antar generasi, antar daerah, bahkan antar kelompok masyarakat.

     

    Karakter dan Pendidikan

    Dengan mengintegrasikan nilai budaya ke dalam pendidikan dan kehidupan publik, generasi muda tidak hanya dibentuk secara akademik tetapi juga terbawa nilai moral, estetika, dan spiritual.

     

    Keberlanjutan Pembangunan

    Pembangunan yang hanya fisik dan tanpa dasar budaya bisa kehilangan arah, mudah rusak karena tidak ada rasa memiliki. Dengan budaya sebagai pondasi, pembangunan menjadi lebih berkelanjutan karena masyarakat ikut menjaga warisan mereka sendiri.

    Tantangan dalam Melaksanakan Diplomasi Budaya

     

    Tetap ada tantangan yang perlu dihadapi agar diplomasi budaya dalam pembangunan berjalan efektif:

     

    Resistensi dari kelompok konservatif

    Ada kelompok yang menganggap simbol budaya atau tradisi lokal bertentangan dengan agama atau norma tertentu. Contoh: pembangunan patung-patung tradisional atau penggunaan “salam sampurasun” pernah menjadi kontroversi.

    Komersialisasi yang mereduksi makna

    Ketika budaya dijadikan atraksi wisata atau komoditas, ada risiko nilai filosofis, spiritual, dan sejarahnya hilang atau dipermudah sehingga terasa dangkal.

     

    Regenerasi dan minat generasi mudaKeterbatasan anggaran dan sumber daya

    Program budaya sering mendapat prioritas anggaran rendah dibanding infrastruktur fisik. Pelatihan, pemeliharaan, ruang publik, sumber daya manusia (budayawan, seniman) butuh dukungan keuangan dan regulasi.

     

    Kesinambungan kebijakan lintas kepemimpinan

    Bila setiap pemimpin baru tidak melanjutkan budaya sebagai bagian pembangunan, maka budaya bisa kembali terpinggirkan.

    Implikasi Diplomasi Budaya bagi Pembangunan Jawa Barat dan Indonesia

     

    Diplomasi budaya ala Kang Dedi mempunyai beberapa implikasi penting:

     

    Model Kepemimpinan Baru

    Kepemimpinan yang bukan hanya teknokratik, tetapi juga budaya. Pemerintah bukan hanya penyedia layanan, tapi pemelihara identitas dan kebudayaan.

     

    Pembangunan yang Inklusif dan Partisipatif

    Dengan budaya, masyarakat menjadi partisipan aktif. Misalnya melalui kegiatan budaya massal atau komunitas budaya lokal, warga ikut merancang dan merasakan manfaat pembangunan.

    Penguatan Soft Power Jawa Barat

    Jawa Barat bisa menjadi contoh bagaimana budaya lokal bisa menjadi daya tarik sekaligus identitas yang diperkuat dalam pembangunan. Ini membantu promosi wisata, karya budaya, dan reputasi di luar provinsi.

     

    Penguatan Integrasi Nasional

    Meski budaya lokal sangat khas, diplomasi budaya juga bisa memperkuat kesatuan nasional: dengan saling menghargai budaya daerah sebagai bagian dari kekayaan bangsa. Ini sesuai dengan nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.

    Pembangunan Karakter dan Moralitas

    Budaya mengandung nilai moral, spiritual, dan etika yang diperlukan dalam menghadapi masalah sosial seperti ketidakadilan, korupsi, individualisme ekstrem.

    Studi Kasus: Purwakarta dan Lembur Pakuan

    Purwakarta Berbasis Budaya

     

    Purwakarta di bawah kepemimpinan Kang Dedi telah menjadi studi kasus penting bagaimana budaya bisa dibawa masuk ke tengah masyarakat melalui kebijakan publik:

     

    Program penghiasan lingkungan dengan aksesoris bambu.

    Kebudayaan Kemendikbud

     

    Rekor pengucapan salam Sunda “sampurasun” dan pemukulan kentongan bersama.

    Kebudayaan Kemendikbud

     

    Penempatan patung budaya dan dekorasi seni pada ruang publik.

    Lembur Pakuan: Rumah dan Pusat Budaya Sunda

     

    Lembur Pakuan bukan hanya kediaman Gubernur tetapi dijadikan pusat budaya, edukasi, dan pelestarian tradisi Sunda. Workshop budaya, pelatihan bahasa Sunda, dan kegiatan seni diajak masyarakat di sana.

     

    Tempat ini menjadi simbol bahwa rumah pemimpin pun menjadi ruang publik budaya, tidak hanya tempat administratif, tetapi ruang inspirasi kebudayaan.

    Kesimpulan

     

    Kang Dedi Mulyadi adalah contoh pemimpin yang mempraktikkan diplomasi budaya sebagai bagian integral dari pembangunan. Ia membawa identitas lokal, budaya Sunda, tradisi, dan nilai-nilai luhur ke dalam kebijakan publik, ruang publik, pendidikan, serta interaksi sosial. Diplomasi budaya tidak hanya memperkuat identitas, tetapi juga memperkuat ekonomi lokal, toleransi sosial, karakter dan moral masyarakat, dan keberlanjutan pembangunan itu sendiri.

    Jika kamu tertarik dengan topik budaya Sunda, pembangunan berbasis kearifan lokal, atau kiprah Kang Dedi Mulyadi dalam diplomasi budaya, ayo follow sosial media @dedimulyadi71. Dengan follow, kamu bisa mendapatkan update langsung tentang program-program budaya, pembangunan karakter, dan inisiatif-inisiatif menarik lainnya yang mendukung pelestarian budaya dan identitas lokal. Jadilah bagian dari gerakan budaya dan pembangunan yang berkarakter!

    @dedimulyadi71@fams KDM32@_kangdedimulyadi.com

    lihat artikel lainya

    Dedi Mulyadi: Pemimpin yang Merangkul Semua Kalangan

     

     

    Related articles

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Stay Connected

    0FansLike
    0FollowersFollow
    0FollowersFollow
    0SubscribersSubscribe
    spot_img

    Latest posts