​Jawa Barat, sebagai provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak, memiliki ikatan kuat dengan budaya Sunda dan nilai keislaman yang mendalam. Di tengah realitas ini, Dedi Mulyadi, atau yang akrab disapa Kang Dedi, muncul sebagai sosok pemimpin unik yang berani memadukan kedua elemen tersebut dalam praktik pemerintahannya. Dari cara berpakaian, berbicara, hingga membuat kebijakan, ia berusaha mengawinkan kearifan lokal dengan ajaran agama.
​Artikel ini akan mengulas gaya kepemimpinan Dedi Mulyadi sebagai Gubernur Jawa Barat, dengan fokus pada perpaduan budaya Sunda dan nilai Islam yang ia pegang teguh.
​Filosofi Kepemimpinan: Sunda dan Islam sebagai Pilar
​Dedi Mulyadi menanamkan dua filosofi utama dalam kepemimpinannya:
- ​Silih Asah, Silih Asih, Silih Asuh: Sebagai orang Sunda, Dedi Mulyadi menghidupi falsafah “saling mengasihi, saling mengasah, dan saling membimbing”. Ia menanamkan nilai-nilai ini dalam pelayanan publik, menciptakan pemerintahan yang humanis dan peduli.
- ​Nilai Hukum Islam: Dedi Mulyadi juga menekankan prinsip keadilan, musyawarah, kejujuran, dan amanah. Baginya, seorang pemimpin adalah khalifah yang wajib mengabdi kepada rakyat.
​Dengan menggabungkan budaya Sunda dan nilai Islam, Dedi Mulyadi menciptakan gaya kepemimpinan yang harmonis. Ia meyakini bahwa budaya bisa menjadi jembatan untuk menghidupkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari, karena keduanya memiliki banyak kesamaan nilai, seperti gotong royong, kesopanan, dan rasa hormat.
​Praktik Kepemimpinan di Lapangan
​Filosofi tersebut diwujudkan dalam praktik kepemimpinan yang nyata:
- ​Kedekatan dengan Rakyat: Dedi dikenal tidak menjaga jarak dengan masyarakat. Ia sering terlihat naik motor keliling desa, menyapa warga, bahkan membantu langsung masyarakat miskin. Kedekatan ini membuatnya dicintai dan dipercaya.
- ​Ruang Publik Berbudaya Sunda: Di Purwakarta, ia banyak membangun ruang publik dengan sentuhan budaya Sunda, seperti patung wayang dan tugu dengan ornamen tradisional, sebagai cara agar masyarakat tidak melupakan jati diri.
- ​Penerapan Nilai Islam dalam Kebijakan: Dalam banyak kebijakan, ia selalu menekankan prinsip keadilan sosial, seperti memberikan beasiswa bagi anak miskin, program kesehatan gratis untuk warga tak mampu, dan pemberdayaan ekonomi umat melalui UMKM.
​Dampak dan Tantangan
​Gaya kepemimpinan Dedi Mulyadi telah memberikan dampak positif:
- ​Identitas Sunda semakin kuat: Masyarakat Jawa Barat bangga dengan budayanya.
- ​Nilai Islam diterapkan dalam praktik nyata: Kebijakan berpihak pada rakyat kecil, adil, dan transparan.
- ​Pariwisata dan UMKM berkembang: Ruang publik yang menonjolkan budaya menarik wisatawan dan menggerakkan ekonomi lokal.
​Meskipun begitu, ia menghadapi tantangan, seperti kritik dari kelompok konservatif yang menilai penggunaan simbol budaya berlebihan, tekanan modernisasi, dan persaingan politik yang tidak sejalan dengan gagasan kultural-religiusnya. Namun, Dedi tetap konsisten, meyakini bahwa pemimpin harus berani berbeda asalkan tujuannya untuk kebaikan masyarakat.
​Kesimpulan
​Gaya kepemimpinan Dedi Mulyadi mencerminkan harmoni antara budaya Sunda dan nilai Islam. Dengan menekankan kedekatan pada rakyat, penghormatan pada tradisi, dan penerapan nilai-nilai Islam, ia berhasil menghadirkan model kepemimpinan yang berbeda dan inspiratif.
​Dedi Mulyadi membuktikan bahwa pemimpin sejati mampu menjembatani masa lalu dan masa depan, tradisi dan modernitas, budaya dan agama, demi kesejahteraan masyarakat.
Semoga artikel ini memberi perspektif baru bagi Anda. Jika suka dengan konten seperti ini, jangan lupa follow:
​TikTok: @fans.kdm23
​Instagram: kangdedimulyadi.com
mendapatkan informasi dan artikel menarik lainnya! Anda juga bisa membaca artikel kami yang lain tentang dinamika politik di Jawa Barat di
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=917&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=915&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=912&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=910&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=908&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=906&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=904&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=902&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=900&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=898&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=896&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=894&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=892&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=890&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=888&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=886&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=884&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=882&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=654&action=edit