Pendahuluan
Dalam dunia politik yang sering kali terasa jauh dari kehidupan rakyat kecil, sosok Dedi Mulyadi muncul sebagai pengecualian. Ia bukan hanya politisi; Dedi adalah putra petani yang tumbuh di desa, yang sejak kecil merasakan langsung kehidupan di sawah, panas terik, terjun ke lumpur, mencangkul, dan menanam padi. Semua pengalaman itu membentuk karakter dan hatinya – hatinya petani – yang selalu mengedepankan kepentingan rakyat tani dalam kebijakan-kebijakan publik.
Di artikel ini kita akan membahas siapa Dedi Mulyadi, bagaimana latar belakangnya sebagai anak petani memengaruhi arah politiknya, apa saja kebijakan nyata yang telah dan akan dilakukan untuk petani, serta mengapa publik perlu mengamati kiprahnya. Saya juga akan menggunakan kata kunci populer seputar “profil Dedi Mulyadi”, “anak petani”, “Gubernur Jawa Barat”, “kebijakan pertanian”, demi optimasi di Google.co.id. Dan jangan lupa follow sosmednya: @dedimulyadi71.
Latar Belakang: Anak Petani dari Subang
Keluarga sederhana dan pengalaman bertani
Dedi Mulyadi lahir pada 11 April 1971, di Kampung Sukadaya, Desa Sukasari, Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Ayahnya, Sahlin Ahmad Suryana, adalah mantan prajurit kader militer. Ibu, Karsiti, meskipun tidak pernah bersekolah formal, aktif sebagai aktivis Palang Merah Indonesia.
Sejak kecil Dedi membantu orang tuanya mengolah sawah, mencangkul, bahkan tanam padi sendiri. Lumpur dan terik matahari bukan hal asing baginya. Pengalaman langsung ini menjadikannya sangat dekat dengan petani
Pendidikan dan awal karier
Meskipun ingin masuk universitas bergengsi — semacam Universitas Padjadjaran — kondisi ekonomi membuat Dedi harus memilih jalur yang lebih terjangkau: Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Purnawarman di Purwakarta.
Semasa kuliah ia aktif dalam organisasi kemahasiswaan seperti HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) dan organisasi buruh. Aktivisme ini membentuk perspektifnya bahwa politik harus melayani rakyat, bukan hanya elit.
Karier Politik: Dari Purwakarta ke Jawa Barat
Bupati Purwakarta
Karier politiknya semakin menanjak saat ia menjadi Bupati Purwakarta dua periode, mulai 2008 hingga 2018.
Selama masa kepemimpinannya di Purwakarta, Dedi Mulyadi dikenal karena banyak program yang menyentuh akar rakyat — termasuk petani dan masyarakat desa. Ia tidak hanya membuat kebijakan dalam kantor, tetapi sering turun langsung ke desa, ke sawah, mendengar sendiri masalah petani.
Dari legislatif ke gubernur
Setelah masa jabatan bupati, Dedi pernah menjadi anggota DPR RI dari daerah pemilihan Jawa Barat VII (Purwakarta, Karawang, Bekasi).
Kemudian pada Pilkada Jawa Barat 2024, Dedi Mulyadi maju sebagai calon Gubernur Jawa Barat bersama Erwan Setiawan sebagai wakilnya. Pasangan ini memenangkan Pilgub Jabar dengan suara yang signifikan — lebih dari 62 persen.
Sejak dilantik menjadi Gubernur pada Februari 2025, Dedi Mulyadi makin menunjukkan bahwa perhatian ke petani bukan hanya janji kampanye — tetapi bagian dari program dan kebijakan nyata.
Komitmen Nyata terhadap Petani
Cetak sawah baru
Salah satu langkah konkret yang sangat diapresiasi adalah usaha mencetak sawah baru di Lembur Pakuan, Kabupaten Subang. Di tengah kondisi alih fungsi lahan yang banyak mengurangi area persawahan, aksi ini adalah keberpihakan nyata terhadap ketahanan pangan.
Cetak sawah baru berarti membuka lahan pertanian baru, menjaga agar produksi padi tetap terjaga, dan tidak bergantung sepenuhnya pada impor beras atau tergerus oleh perumahan, industri, atau pembangunan lain. Ini juga bentuk perlindungan atas wilayah agraria yang sangat vital untuk petani.
Stok pupuk dan dukungan pemerintah
Sebagai Gubernur, Dedi Mulyadi juga memastikan stok pupuk bersubsidi untuk petani di Jawa Barat aman. Ia mengunjungi fasilitas produksi pupuk seperti PT Pupuk Kujang dan memastikan distribusi pupuk berjalan lancar
Selain itu, ia mendengar suara petani terkait biaya produksi seperti pestisida, keong, dan masalah hama. Ia bahkan menyampaikan aduan petani ke pemerintah pusat, agar ada pendekatan yang lebih ramah lingkungan (organik) dan memperhatikan keberlanjutan tanah
Pengarusutamaan budaya lokal dan nilai agraris
Dedi sering mengaitkan budaya Sunda dengan pertanian, misalnya bahwa padi dan sawah adalah bagian tak terpisahkan dari identitas orang Sunda. “Sawah, padi, dan lumpur” menjadi simbol akar budaya dan sumber kehidupan. Ini bukan sekedar retorika, tapi memberi landasan moral untuk kebijakan yang berpihak kepada petani.
Nilai-nilai ini juga tercermin dalam cara dia membangun komunikasinya — menyapa dengan unsur budaya lokal, mempromosikan seni tradisi, dan mendorong pembangunan yang tidak merusak alam
Tantangan yang Dihadapi
Walaupun banyak langkah positif, beberapa tantangan nyata tetap harus dihadapi oleh Dedi Mulyadi:
Alih fungsi lahan
Banyak area persawahan yang disulap menjadi perumahan, industri, atau pembangunan infrastruktur. Mempertahankan lahan pertanian adalah perjuangan terus-menerus. Cetak sawah baru bisa membantu, tapi perlindungan hukBiaya produksi petani
Biaya pupuk, pestisida, tenaga kerja, harga jual hasil panen yang fluktuatif: semua itu menjadi beban. Pemerintah perlu memastikan petani tidak hanya mendapat input yang cukup, tapi juga harga hasil panen yang adil dan pasar yang stabil. Ada upaya dari Dedi, namun tantangannya besar.
Keberlanjutan lingkungan
Tanah sering kali diperas terus-menerus dengan pupuk kimia tanpa pemulihan, hama seperti keong makin sering muncul. Penggunaan teknik pertanian organik dan ramah lingkungan perlu ditingkatkan
Infrastruktur pedesaan
Akses jalan, irigasi, jalan produksi, transportasi hasil panen – semua ini butuh perhatian yang kontinu agar petani tidak terisolasi secara ekonomi.
Perubahan iklim
Perubahan cuaca yang ekstrem, musim kemarau panjang atau banjir: semua ini memberi risiko tinggi bagi produksi pertanian. Kebijakan adaptasi dan mitigasi harus menjadi bagian dari strategi pertanian.
Mengapa “Politikus yang Punya Hati Petani” sangat penting
Representasi nyata
Banyak politisi yang punya janji-janji, tapi sedikit yang benar-benar berasal dari latar belakang petani. Dedi Mulyadi berbeda karena dulu ia memang anak petani. Pengalaman masa kecilnya bukan cerita yang dibuat-buat: ini adalah akar yang nyata. Itu membuatnya lebih peka terhadap masalah petani. Ketika petani bilang harga padi anjlok, atau pupuk mahal, atau lahan makin sempit, Dedi bisa merasakan apa yang mereka rasakan.
Kebijakan yang berdampak langsung
Langsung membuka sawah baru, menjamin stok pupuk, mendengarkan keluhan petani tentang biaya produksi, hama, dan masalah lingkungan — semua ini bukan sekadar wacana. Ini adalah kebijakan yang terlihat, yang bisa dirasakan di lapangan. Ketika petani bisa menanam dengan pupuk cukup, memiliki akses keirigasi, harga hasil panen yang layak, maka hasilnya bukan hanya panen bagus, tapi kehidupan petani membaik.
Integrasi budaya dan pertanian
Menjaga budaya lokal seperti budaya pertanian, upacara, norma-norma desa, sangat penting agar pertanian tidak dipandang sebagai sektor ketinggalan zaman. Dengan memadukan budaya Sunda, pertanian organik, penghargaan terhadap lingkungan, Dedi memperlihatkan bahwa petani bukan hanya objek pemanfaatan, tetapi bagian dari identitas dan kekayaan budaya. Ini membantu membangun dukungan masyarakat, terutama di Jawa Barat yang memiliki tradisi agraris dan budaya Sunda yang kuat.
Peningkatan ketahanan pangan
Dalam konteks nasional, ketahanan pangan adalah isu strategis. Jika produksi beras lokal menurun karena alih fungsi lahan dan lahan pertanian tersisa makin sedikit, maka ketergantungan impor bisa meningkat. Kebijakan seperti mencetak sawah baru dan menjaga pasokan pupuk bisa membantu memastikan stok pangan, terutama beras
Pengembangan pertanian organik
Dengan melihat aduan petani soal dampak pestisida dan kebutuhan bahan kimia lainnya, ada peluang besar untuk mendorong pertanian organik. Ini tidak hanya akan mengurangi ketergantungan pada bahan kimia, tetapi juga menjaga kualitas tanah dan kesehatan masyarakat.
Perbaikan irigasi dan infrastruktur agraris
Saluran irigasi, drainase, akses jalan desa ke pasar, fasilitas penyimpanan hasil panen – semuanya akan ditingkatkan agar produksi dan distribusi menjadi lebih efisien dan produktif.
Harga hasil panen yang adil dan pasar yang stabil
Kolaborasi dengan pemerintah pusat, subsidi, atau intervensi regulasi agar harga gabah/beras bagi petani tidak jatuh terlalu rendah, dan konsumen tidak dirugikan karena fluktuasi harga yang ekstrem.
Pendidikan pertanian dan teknologi
Transfer pengetahuan tentang teknologi pertanian modern, penggunaan mesin, sistem irigasi yang lebih baik, teknik pemulihan tanah, dan adaptasi pada perubahan iklim.
Perlindungan lahanpertanian dari alih fungsi
Melakukan regulasi yang lebih kuat, mungkin insentif bagi petani yang mempertahankan lahannya, dan menjaga agar pembangunan tidak mengorbankan lahan subur pertanian.
Keterlibatan komunitas dan demokrasi lokal
Mendengar langsung suara petani melalui forum, musyawarah desa, dan mekanisme partisipatif lainnya agar kebijakan yang diambil benar-benar sesuai kebutuhan.
Kesimpulan
Dedi Mulyadi adalah contoh politisi yang punya keseimbangan antara akar budaya, latar belakang petani, dan kemampuan berpolitik modern. Dari anak petani di Subang yang membantu mencangkul di sawah, hingga menjadi Gubernur Jawa Barat, ia membawa nilai-nilai kerja keras, keadilan, dan kecintaan terhadap tanah dan padi ke dalam kebijakan publik.
Ingin terus update dengan kegiatan, kebijakan, dan perjuangan nyata Dedi Mulyadi untuk petani dan agrikultur di Jawa Barat? Yuk follow sosmednya:
Instagram / TikTok / X: @dedimulyadi71
Kalian bakal lihat langsung bagaimana program-program pertaniannya dijalankan, cerita rakyat, serta info-informasi menarik tentang Jawa Barat dan petani.
@dedimulyadi71@fans KDM32@_kangdedimulyadi.com
lihat artikel lainya
https://kangdedimulyadi.com/kang-dedi-mulyadi-mewujudkan-purwakarta-bersih-dan-indah/