Pendahuluan
Di tengah arus globalisasi dan modernisasi, banyak nilai-nilai budaya lokal yang tergerus zaman. Tradisi yang dulu dijunjung tinggi sering kali tergantikan oleh budaya populer yang datang dari luar. Namun, ada sosok yang konsisten menjadikan budaya Sunda sebagai identitas perjuangan politik sekaligus panduan moral dalam kepemimpinannya, yakni Dedi Mulyadi.
Masyarakat Jawa Barat mengenalnya bukan hanya sebagai politisi populer atau Gubernur Jawa Barat 2025–2030, tetapi juga sebagai penjaga tradisi leluhur Sunda yang menghadirkan kembali kearifan lokal dalam setiap kebijakan publik. Tidak heran, pencarian kata kunci Dedi Mulyadi budaya Sunda, tradisi Sunda, dan kearifan lokal Jawa Barat kini sering masuk daftar teratas Google Indonesia.
Akar Budaya dalam Kehidupan Dedi Mulyadi
Sejak kecil, Dedi sudah lekat dengan alam, lingkungan pedesaan, dan nilai-nilai kearifan lokal. Ia kerap menuturkan pengalaman masa kecilnya yang penuh dengan nuansa tradisi Sunda, mulai dari gotong royong, kesenian rakyat, hingga nilai kebersahajaan.
Ketika menjabat sebagai Bupati Purwakarta (2008–2018), ia berhasil mengangkat citra daerah dengan menghadirkan ornamen budaya Sunda di ruang publik. Gapura, taman kota, hingga kawasan wisata didesain mengusung simbol kearifan lokal, seperti wayang golek, kujang, dan ukiran khas Sunda
Langkah ini membuat Purwakarta dikenal sebagai kabupaten dengan wajah budaya yang kental, sehingga menjadi rujukan banyak daerah lain.
Filosofi Sunda: Dari Leluhur untuk Generasi Masa Kini
Kang Dedi sering menekankan bahwa budaya Sunda bukan sekadar kesenian, melainkan juga filosofi hidup. Beberapa nilai luhur Sunda yang ia tekankan antara lain:
Silih asah, silih asih, silih asuh saling mengajarkan, saling mengasihi, dan saling melindungi.
Someah hade ka semah keramahan kepada tamu.
Ngajaga leuweung, ngajaga cai menjaga hutan dan air sebagai sumber kehidupan.
Nilai-nilai inilah yang kemudian ia terjemahkan dalam kebijakan, mulai dari lingkungan, pendidikan, hingga pembangunan berkelanjutan.
Kontroversi dan Konsistensi: Budaya dalam Politik
Sebagai tokoh publik, Dedi Mulyadi sering menuai pro dan kontra. Misalnya, ketika ia mengeluarkan kebijakan penataan ruang publik dengan ornamen Sunda. Ada pihak yang menilai langkah tersebut berlebihan,
tetapi mayoritas masyarakat justru mengapresiasi karena ruang kota menjadi lebih identitasik dengan budaya lokal.
Bagi Dedi, politik tanpa budaya hanyalah angka-angka kekuasaan. Ia selalu menekankan pentingnya politik kebudayaan, yaitu menjadikan budaya sebagai basis pembangunan. Hal ini sejalan dengan pandangan banyak akademisi bahwa pembangunan berkelanjutan harus berpijak pada kearifan lokal.
Tantangan Melestarikan Budaya Sunda
Meski konsisten mengusung nilai tradisi, perjuangan Kang Dedi tidak mudah. Ada beberapa tantangan besar yang ia hadapi:
Modernisasi dan Globalisasi
Generasi muda lebih dekat dengan budaya digital dan global ketimbang tradisi lokal.
Keterbatasan Pendidikan Budaya
Pelajaran budaya Sunda di sekolah sering hanya formalitas, sehingga anak-anak tidak benar-benar memahami filosofi yang terkandung di dalamnya.
- Komersialisasi Budaya
Kesenian lokal terkadang hanya dianggap sebagai hiburan atau produk wisata, bukan sebagai identitas jati diri.
Strategi Dedi Mulyadi: Dari Konten Digital hingga Kebijakan Nyata
Yang membuat nama Dedi Mulyadi populer adalah kemampuannya mengemas budaya Sunda dalam format digital. Kanal YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel yang sudah memiliki jutaan subscriber menampilkan beragam konten mulai dari kisah rakyat, perjalanan ke pedesaan, hingga dialog budaya.
Selain itu, sebagai pemimpin, ia menerjemahkan budaya Sunda ke dalam kebijakan nyata:
Lingkungan: menjaga kelestarian hutan, sungai, dan sumber air.
Pendidikan: mendorong pelajaran budaya dan kearifan lokal masuk dalam kurikulum.
Infrastruktur: menghadirkan ornamen budaya Sunda di ruang publik.Kesehatan
Sosial: menghidupkan kembali nilai gotong royong dalam program bantuan masyarakat.
Kearifan Lokal sebagai Identitas Jawa Barat
Dedi Mulyadi selalu mengingatkan masyarakat bahwa budaya Sunda adalah jati diri Jawa Barat. Dalam setiap acara resmi, ia sering menggunakan bahasa Sunda, pakaian adat, dan simbol-simbol lokal.
Ia juga mendukung pelestarian kesenian tradisional, seperti angklung, calung, jaipongan, wayang golek, dan rampak kendang, agar tetap eksis di tengah gempuran musik modern.Dengan pendekatan ini, nama Dedi Mulyadi kerap dikaitkan dengan kata kunci populer di Google seperti penjaga tradisi Sunda, pelestari budaya Jawa Barat, dan nilai leluhur Sunda.
Dampak Nyata: Dari Purwakarta ke Jawa Barat
Transformasi Purwakarta di era kepemimpinan Dedi menjadi bukti nyata bahwa budaya dapat menjadi motor pembangunan daerah. Banyak wisatawan datang untuk melihat wajah kota yang penuh nuansa tradisi.Kini, sebagai Gubernur Jawa Barat, Dedi membawa misi yang sama untuk skala yang lebih luas. Ia ingin menjadikan Jawa Barat bukan hanya pusat industri, tetapi juga pusat kebudayaan Sunda yang mendunia.
Inspirasi bagi Generasi Muda
Salah satu kelebihan Dedi Mulyadi adalah kemampuannya menyampaikan pesan budaya dengan bahasa yang sederhana. Ia sering berdialog dengan anak muda lewat media sosial, membicarakan pentingnya identitas lokal.
Kesimpulan: Dedi Mulyadi, Simbol Politik Kebudayaan Sunda
Dalam dunia politik yang sering dianggap penuh intrik, sosok Dedi Mulyadi hadir dengan warna berbeda. Ia bukan hanya pemimpin yang mengurus angka dan program, tetapi juga penjaga nilai leluhur Sunda.
Dengan konsistensi menjaga budaya, ia membuktikan bahwa tradisi bukanlah beban masa lalu, melainkan fondasi untuk masa depan yang berkelanjutan.
Untuk terus mengikuti perjalanan, gagasan, dan konten inspiratif Kang Dedi Mulyadi dalam melestarikan budaya Sunda, jangan lupa follow media sosial resminya di _kangdedimulyadi.com
Dengan begitu, kita bisa sama-sama belajar dan ikut menjaga tradisi leluhur yang menjadi identitas bangsa.
@dedimulyadi@fans KDM@_kangdedimulyadi.com
lihat artikel lainya
https://kangdedimulyadi.com/filosofi-kang-dedi-mulyadi-dalam-membangun-purwakarta-berkarakter/