Pendahuluan
Dedi Mulyadi, atau akrab disapa Kang Dedi Mulyadi, mencuri perhatian publik Indonesia sejak memasuki panggung politik. Popularitasnya yang meroket digembleng dengan pendekatan komunikasi digital yang efektif dan gaya kepemimpinan yang unik. Artikel ini mengeksplor perjalanan politiknya hingga menjadi Gubernur Jawa Barat, tantangan yang dihadapi sepanjang karier, serta strategi mencapai kursi top regional tersebut. Jangan lupa kunjungi _kangdedimulyadi.com untuk update berkelanjutan dan follow juga akun media sosial resmi!
Awal Karier Politik: Dari Purwakarta ke Jawa Barat
Dedi Mulyadi memulai kiprahnya di dunia politik sebagai anggota DPRD Kabupaten Purwakarta (1999–2004), kemudian menjabat Wakil Bupati (2003–2008) dan Bupati periode 2008–2018, terpilih langsung oleh rakyat
Sepanjang masa kepemimpinan di Purwakarta, ia dikenal sebagai sosok tegas dengan kebijakan yang kontroversial namun mencuri perhatian, seperti pelarangan warnet menyediakan layanan permainan daring demi menjaga karakter pelajar
Transisi Belas ke Panggung Nasional & Pergeseran Partai
Setelah dua periode sebagai Bupati, Dedi menjadi anggota DPR RI (2019–2023) lewat Partai Golkar. Namun, pada Mei 2023 ia berpindah ke Partai Gerindra untuk bersiap mencalonkan diri dalam Pilgub Jabar 2024
Menjadi Gubernur Jawa Barat: Rivalitas & Kemenangan Telak
Pasangan Dedi Erwan Setiawan diusung lewat Koalisi Indonesia Maju di Pilgub Jabar 2024. Dalam pemilu yang berlangsung 27 November 2024, mereka menang telak dengan 62,22 % suara, mengungguli pesaing seperti Ahmad Syaikhu dan Acep Adang Ruhiat
Pelantikannya dilaksanakan pada 20 Februari 2025Strategi Pop-Up Digital: Dari Viral hingga Gubernur Konten
Sejak resmi menjabat, Dedi menunjukkan kebiasaannya membuat konten sehari-hari yang viral dari sidak hingga aktivitas keseharian. Akibatnya, ia mendapat julukan Gubernur Konten, dan mengklaim mampu memangkas anggaran belanja iklan dari Rp 50 miliar menjadi cukup Rp 3 miliar, dengan contohnya menjadikan konten viral sebagai media komunikasi efektif
Keberhasilan ini didukung data: akun Instagram nya punya 4,8 juta pengikut, kanal YouTube telah mengumpulkan sekitar 7,86 juta subscriber menyongsong melewati kanal resmi Presiden dan calon presiden lain
Di media sosial secara total, Dedi telah meraih jutaan pengikut di Facebook, TikTok, Instagram, dan YouTube membuktikan dampak besar content-nya terhadap visibilitas politik
Survei Indikator (Mei 2025) menunjukkan tingkat kepuasan publik terhadap 100 hari pertama kerjanya tertinggi di antara semua gubernur di Pulau Jawa: 94,7 %
Kebijakan Kontroversial & Respon Publik
Beberapa kebijakan provokatif yang menyita perhatian publik antara lain:
Menempatkan siswa bermasalah ke barak militer sebagai “pembinaan karakter”. Kebijakan ini menuai kritik karena dinilai mencederai hak anak dan mendapat laporan ke Komnas HAM, meski mendapat dukungan dari sejumlah pihak seperti Menkum HAM
Rencana vasectomy (sterilisasi pria) sebagai syarat bansos. Isu ini memicu perdebatan sengit di masyarakat dan dikritik sebagai pelanggaran hak asasi
Menambah kuota siswa hingga 50 orang per kelas sebagai solusi antisipasi putus sekolah. Kebijakan ini dikritik bersifat instan dan bisa merusak kualitas pendidikan
Memulai sekolah lebih pagi: pukul 06.00 WIB. Usulan ini juga mengundang reaksi beragam dari masyarakat dan akademis
Mengatasi tambang ilegal pasca-laka: setelah insiden longsor di tambang Gunung Kuda (Cirebon) yang menewaskan 17 orang, Dedi memerintahkan penutupan tambang serupa demi keamanan pekerja
Gaya Kepemimpinan: Budaya Sunda, Islam, dan Populisme
Peneliti menyoroti bahwa gaya kepemimpinan Dedi menonjolkan nilai-nilai budaya Sunda seperti gotong royong, silih asah, serta prinsip Islam seperti keadilan dan amanah. Model ini dinilai inklusif, humanis, dan memberikan opsi baru bagi kepemimpinan lokal berlandaskan tradisi dan nilai agama
Namun, tak jarang ia dikritik sebagai tokoh populis dengan retorika yang menyederhanakan masalah sebagai contoh saat kebijakan populisnya menggeser peran legislatif dalam proses pengambilan keputusan publik
Tantangan Menuju Kursi Gubernur: Rintangan & Peluang Legitimasi dan Persepsi Publik
Kendati populer di media sosial, beberapa kebijakan kontroversial dapat memicu resistensi dalam pendidikan dan hak anak.
Kepuasan terhadap pribadi Dedi tinggi, tapi persepsi terhadap kinerja birokrasi (misal pendidikan, pengentasan kemiskinan) masih moderat, berkisar 40–50 %
Manuver Politik & Partai
Penanganan masalah mendesak (tambang ilegal, banjir, pendidikan) menjadi penentu kredibilitas pemerintahan.
Tertarik melihat kelanjutan kiprah dan kebijakan Kang Dedi? Follow juga akun medsos resminya dan kunjungi _kangdedimulyadi.com untuk update terkini.
Beri komentar di blog apa menurutmu tantangan terbesar yang dihadapi Gubernur Dedi Apa kebijakan yang pantas diapresiasi
@dedimulyadi71@fans KDM @_kangdedimulyadi.com
lihat artikel lainya
https://kangdedimulyadi.com/jejak-karier-dedi-mulyadi-dari-aktivis-mahasiswa-hingga-ketua-partai/