Pendahuluan
Globalisasi membawa tantangan besar bagi bahasa daerah, yang semakin tergerus oleh dominasi bahasa nasional dan bahasa asing. Di Jawa Barat, bahasa Sunda, yang kaya akan nilai dan etika, menghadapi ancaman serupa. Namun, Dedi Mulyadi memiliki keyakinan kuat bahwa bahasa daerah harus dilestarikan. Ia tidak hanya menjadikannya sebagai wacana, tetapi juga sebagai program nyata dengan mengintegrasikan bahasa Sunda ke dalam kurikulum sekolah.
Artikel ini akan mengupas tuntas gagasan Dedi Mulyadi tentang bahasa Sunda dalam kurikulum, filosofi di baliknya, dan dampaknya yang signifikan bagi generasi muda.
Filosofi Membangun Karakter Melalui Bahasa
Gagasan Dedi Mulyadi berakar pada keyakinan bahwa bahasa adalah lebih dari sekadar alat komunikasi. Bahasa adalah cerminan budaya, etika, dan identitas sebuah bangsa. Ia memandang bahasa Sunda sebagai pondasi untuk membangun karakter yang kuat. Filosofi ini ia terjemahkan ke dalam beberapa prinsip utama:
- Identitas di Sekolah: Dedi meyakini bahwa sekolah adalah tempat terbaik untuk menanamkan identitas budaya. Dengan mengajarkan bahasa Sunda, anak-anak akan merasa bangga dengan jati diri mereka.
- Etika dan Nilai: Bahasa Sunda memiliki tingkat tutur yang beragam, dari bahasa halus (lemes) hingga bahasa kasar (loma). Mengajarkannya berarti mengajarkan etika dan tata krama dalam berkomunikasi.
- Memutus Keterputusan Generasi: Dengan mengintegrasikan bahasa Sunda di sekolah, ia berusaha memutus kesenjangan antara generasi tua yang fasih berbahasa Sunda dan generasi muda yang kurang menguasainya.
Implementasi Nyata dalam Pendidikan
Visi Dedi Mulyadi tidak hanya berhenti pada konsep. Ia mengimplementasikannya dalam kebijakan pendidikan yang terstruktur:
- Bahasa Sunda sebagai Pelajaran Wajib: Dedi menetapkan bahasa Sunda sebagai pelajaran wajib di sekolah-sekolah, terutama di tingkat SD hingga SMP. Pelajaran ini tidak hanya fokus pada tata bahasa, tetapi juga pada cerita rakyat, pantun, dan kesenian yang menggunakan bahasa Sunda.
- Penggunaan Bahasa Sunda di Lingkungan Sekolah: Dedi mendorong guru dan siswa untuk menggunakan bahasa Sunda dalam percakapan sehari-hari di lingkungan sekolah. Ia percaya bahwa praktik langsung adalah cara terbaik untuk menguasai bahasa.
- Lomba dan Festival: Untuk meningkatkan minat siswa, Dedi rutin mengadakan lomba pidato, menulis puisi, atau mendongeng dalam bahasa Sunda. Ini tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga perayaan budaya.
- Kolaborasi dengan Budayawan: Dedi menggandeng budayawan dan seniman Sunda untuk ikut serta dalam proses pembelajaran. Mereka diundang ke sekolah untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman, memberikan perspektif yang lebih mendalam kepada siswa.
Dampak Positif dan Kesimpulan
Gagasan Dedi Mulyadi telah memberikan dampak signifikan:
- Meningkatnya Minat Generasi Muda: Anak-anak muda kini lebih termotivasi untuk belajar bahasa Sunda.
- Kuatnya Karakter: Pembelajaran bahasa Sunda mengajarkan etika dan tata krama, membentuk karakter siswa yang lebih santun.
- Pelestarian Bahasa: Bahasa Sunda tidak lagi dianggap sebagai bahasa kuno, melainkan sebagai bahasa yang hidup dan relevan di era modern.
Dedi Mulyadi telah membuktikan bahwa pemimpin sejati harus peduli pada akar budayanya. Dengan gagasannya tentang bahasa Sunda dalam kurikulum, ia telah meletakkan fondasi kuat untuk membangun generasi muda Jawa Barat yang berkarakter, berbudaya, dan tetap bangga dengan identitasnya.
Semoga artikel ini memberi perspektif baru bagi Anda. Jika suka dengan konten seperti ini, jangan lupa follow:
TikTok: @fans.kdm23
Instagram: kangdedimulyadi.com
mendapatkan informasi dan artikel menarik lainnya! Anda juga bisa membaca artikel kami yang lain tentang dinamika politik di Jawa Barat di
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=917&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=915&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=912&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=910&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=908&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=906&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=904&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=902&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=900&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=898&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=896&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=894&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=892&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=890&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=888&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=886&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=884&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=882&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=654&action=edit