pendahulu
Setiap pemimpin yang ingin dekat dengan rakyatnya harus memahami satu hal fundamental: komunikasi. Bahasa komunikasi bukan sekadar kata-kata, namun bagaimana cara, nada, momentum, dan konten yang disampaikan dapat menyentuh hati, membangkitkan kepercayaan, dan membangun koneksi emosional. Kang Dedi Mulyadi, Gubernur Jawa Barat yang akrab disapa KDM, adalah salah satu contoh pemimpin yang mampu menggunakan bahasa komunikasi yang mengena di hati rakyat.
Artikel ini akan membedah gaya komunikasi KDM yang berhasil meraih simpati publik, bagaimana budaya lokal berinteraksi dalam pengungkapannya, serta apa saja pelajaran yang bisa diambil oleh pemimpin lokal lainnya. Juga ada ajakan follow media sosial dedimulyadi71 agar Anda bisa terus update dari sumber langsungnya.
Siapakah Kang Dedi Mulyadi (“KDM”)
Sebelum membahas gaya bahasanya, penting untuk mengetahui latar belakang Kang Dedi Mulyadi. Ia lahir di Kampung Sukasari, Subang, Jawa Barat pada tanggal 11 April 1971. Pernah menjabat sebagai Bupati Purwakarta dua periode (2008–2018), menjadi anggota DPR, dan sejak Februari 2025 resmi menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat. Salah satu strategi politik dan komunikasi beliau adalah menggunakan budaya Sunda sebagai identitas, kearifan lokal sebagai perekat, dan media sosial sebagai saluran komunikasi pesan.
Dengan bekal tersebut, bahasa komunikasi Kang Dedi bukan hanya soal pidato formal, tetapi juga cara menanggapi harapan rakyat, merangkul emosi, dan menjalin dialog dua arah.
Ciri-ciri Bahasa Komunikasi yang Mengena
Dari berbagai literatur, artikel opini, dan penelitian, ada beberapa aspek gaya komunikasi Kang Dedi Mulyadi yang membuat pesannya nyantol di hati rakyat. Berikut ini poin-poin utamanya.
Dekat dan membumi
Kang Dedi selalu tampil tidak jauh dari rakyat. Ia sering turun langsung ke lapangan; Berbicara dengan pedagang kaki lima, tukang ojek, petani, atau warga desa. Pendekatan fisik seperti ini membangun kesan rasa kebersamaan, bahwa pemimpinnya tidak duduk jauh di menara gading Bahasa lokal dan simbol budaya Sunda
Bahasa komunikasi Kang Dedi tidak selalu baku atau seremonial. Ia sering menggunakan bahasa Sunda, ungkapan khas Sunda, atau menyelipkan filosofi budaya lokal dalam dialognya. Penggunaan pakaian adat, penggunaan istilah budaya, serta simbol-simbol Sunda menjadikan pesannya terasa familiar dan familiar.
Empati & bercerita
Ia tidak hanya menyampaikan data atau program, tetapi juga cerita nyata masyarakat. Misalnya, ketika ada warga yang mengalami kesulitan, Kang Dedi tidak hanya menjanjikan solusi, tetapi ikut masuk ke persoalan, mendengarkan langsung, dan merespons dengan tindakan nyata. Cerita-cerita ini hidup sehingga mudah diingat dan membuat rakyat merasa didengar.
Keterlibatan media sosial & konten digital
Era digital memaksa komunikasi masyarakat berubah. Kang Dedi memanfaatkan YouTube, Instagram, TikTok, dan platform lainnya sebagai sarana interaksi langsung. Konten-konten realita seperti video kegiatan sehari-hari, kunjungan ke desa, respon terhadap keluhan rakyat, sering dibagikan. Ini bukan sekadar pertunjukan; tetapi medium untuk transparansi, membangun kepercayaan, dan menjalin dialog dua arah.Ketegasan yang dikemas secara santun
Meski sangat humanis, Kang Dedi juga dikenal memiliki sisi ketegasan. Ketika ada pelanggaran, kebijakan yang perlu ditegakkan, atau kritik yang perlu dijawab, ia tidak menghindar. Namun cara penyampaiannya tetap memperhatikan martabat rakyat, menghormati budaya dan norma sosial. Konsistensi komunikasi
Komunikasi tidak sesaat saat kampanye. Sejak jauh hari sebelum Pilgub 2024, gaya budaya, bahasa Sunda, pendekatan membumi sudah mulai dibangun. Di masa jabatan, tidak hanya menepati janji, tetapi terus melanjutkan pola komunikasi tersebut agar rakyat tidak merasa diberi janji lalu dilupakan.
Dialog Budaya & Respon Publik
Rasanya bukan sekedar menyampaikan pesan, tapi mendengar pula. Komunikasi dua arah terbentuk lewat tanggapan rakyat di media sosial, survei, kunjungan langsung. Kritik dikumpulkan, keluhan didengar, dan banyak kali responnya cepat. Ini penting agar rakyat merasa mereka bukan objek, tetapi bagian dari proses.
Dampak Bahasa Komunikasi KDM terhadap Politik dan Publik
Bahasa komunikasi yang mengena tidak hanya soal citra, tetapi juga memiliki dampak nyata di masyarakat dan dalam proses politik. Beberapa dampak penting dari gaya komunikasi Kang Dedi:
Peningkatan kepercayaan masyarakat
Rakyat yang merasa didengarkan dan diperhatikan akan lebih percaya kepada pemerintahnya. Kejujuran, kehadiran langsung, dan transparansi melalui media sosial membuat masyarakat merasa tidak ada jarak antara mereka dengan pemimpin
Legitimasi budaya & identitas lokal
Dengan mengangkat budaya Sunda sebagai bagian dari identitas komunikasinya, KDM memperoleh legitimasi tidak hanya sebagai pemimpin administratif, tetapi juga sebagai pemimpin kebudayaan. Masyarakat merasa budaya mereka dihargai dan dilestarikan.Dukungan politik yang luas
Gaya komunikasi yang membumi dan budaya Sunda sebagai strat egi berhasil dalam Pilgub Jawa Barat 2024: pasangan Dedi Mulyadi Erwan Setiawan meraih ~62% suara dengan lebih dari 14 juta suara.Efektivitas kebijakan
Karena komunikasi yang baik, banyak kebijakan dan program yang dijalankan dengan penerimaan masyarakat yang lebih tinggi. Ketika rakyat memahami tujuan dan proses, mereka lebih mudah ikut serta, memberi masukan, dan melaksanakan bagian mereka.
Perubahan paradigma kepemimpinan
Kang Dedi Mulyadi menunjukkan bahwa pemimpin zaman sekarang tidak cukup hanya memberi instruksi atau regulasi dari pusat. Pemimpin harus hadir secara emosional, digital, simbolik, serta nyata di lapangan. Kepemimpinan bukan sekedar kewenangan, namun pelayanan, keterlibatan, dan representasi nilai-nilai rakyat
@dedimulyadi71@fans KDM32@_kangdedimulyadi.com
lihat artikel lainya