Pendahuluan
Dedi Mulyadi atau akrab disapa Kang Dedi adalah seorang tokoh yang unik di dunia politik Indonesia. Baginya, politik bukan sekadar kekuasaan, melainkan juga panggung bagi pelestarian budaya Sunda dan penguatan seni lokal. Sebagai Gubernur Jawa Barat sejak Februari 2025, kiprah Kang Dedi menggabungkan peran sebagai pemimpin politik sekaligus budayawan dan seniman menjadi sorotan publik dan inspirasi banyak orang
Latar Belakang: Dari Desa Subang ke Kursi Gubernur
Dedi Mulyadi lahir pada 11 April 1971 di Kampung Sukadaya, Desa Sukasari, Subang, Jawa Barat, sebagai anak bungsu dari sembilan
Ayahnya, Sahlin Ahmad Suryana, adalah pensiunan prajurit TNI, sedangkan ibunya, Karsiti, seorang aktivis Palang Merah, meski tak pernah bersekolah
Dedi menempuh pendidikan dari SD, SMP, hingga SMA di Subang sebelum melanjutkan kuliah di Sekolah Tinggi Hukum Purnawarman di Purwakarta, meraih gelar Sarjana Hukum pada tahun 1999
Selama kuliah, ia aktif di organisasi, menjabat sebagai Ketua HMI Purwakarta dan juga meniti karir di dunia serikat pekerja dan kepemudaan
Awal Karier Politik: Bupati Purwakarta hingga Legislator Karier politik Kang Dedi dimulai di DPRD Purwakarta (1999–2003) sebagai Ketua Komisi E
Ia kemudian menjabat Wakil Bupati Purwakarta (2003–2008) dan kemudian Bupati selama dua periode (2008–2018)
Pada masa jabatannya sebagai Bupati, ia dikenal dekat dengan rakyat dan konsisten menerapkan pendekatan kultural khususnya memperkuat identitas budaya Sunda dalam setiap kebijakan publik. Salah satu contohnya adalah menciptakan ruang bagi seniman Sunda agar memiliki tempat berekspresi dan menjaga ideologi budaya lokal
Dedi juga sempat menjabat sebagai Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat (2016–2020), sebelum beralih ke Partai Gerindra pada tahun 2023
Pada pemilihan Gubernur Jawa Barat 2024, ia berpasangan dengan Erwan Setiawan diusung oleh koalisi besar, dan berhasil menang dengan perolehan sekitar 62,22% suara
sebagai Gubernur Jawa Barat sejak 20 Februari 2025
Budayawan dan Seniman: Politik Berpadu Seni Kelebihan utama Dedi Mulyadi adalah bagaimana ia merawat peran sebagai seniman dan budayawan dalam politik:
Mengangkat Identitas Sunda
Dalam banyak kesempatan, ia menegaskan bahwa seni adalah bagian dari ideologi dan cinta tanah air. Pernyataan seperti kita tidak boleh meninggalkan identitas daerah yang mencerminkan filosofi ini
Lambang Budaya: Iket Sunda Salah satu ciri khasnya adalah mengenakan iket Sunda penutup kepala Sunda tradisional. Branding ini bukan sekedar penampilan, namun melambangkan kedekatan dengan budaya dan masyarakat
Komunikasi Persuasif Berbasis Budaya
Menurut penelitian, gaya politik Kang Dedi berpijak pada komunikasi yang inklusif, empatik, dan berbasis kebudayaan lokal, memanfaatkan bahasa Sunda, media sosial inklusif (seperti YouTube/TikTok), dan pendekatan retorika modern seperti ethos, pathos, logos
Dia berhasil membangun citra sebagai pemimpin yang bukan sekadar birokratis, tapi komunikatif dan merakyat.
Kebijakan Kontemporer: Jam Malam & Barak Pelajar Sebagai Gubernur, Dedi Mulyadi menginisiasi beberapa kebijakan yang mendapat sorotan:
Program barak militer untuk siswa bermasalah, yakni program pelatihan karakter di barak militer, menuai dukungan dan kritik. Beberapa pihak menggugat kebijakan ini ke Komnas HAM, sementara Menteri HAM menyatakan dukungan terhadap pendekatan karakter tersebut
Ia juga mengatur jam malam bagi pelajar di Jawa Barat (dilarang keluar rumah selepas jam 21.00 WIB) dan memulai program masuk sekolah sejak pukul 06.30 pagi. Tujuannya adalah efisiensi keluarga, mengurangi PR, dan mendisiplinkan pelajar serta meningkatkan kualitas pendidikan
Gaya Kepemimpinan: Inspirasi Bagi Generasi Muda
Sebagai tokoh masyarakat yang banyak dikagumi pelajar dan pemuda, beberapa pelajaran penting dapat diambil:Pemimpin Berbasis Budaya: Menyayangi dan memperkuat budaya lokal sebagai landasan kepemimpinan
Hadir di Tengah Rakyat: Menghilangkan sekat formalitas dan dekat dengan masyarakat Konsisten Membela yang Lemah: Fokus pada kelompok rentan dan tidak hanya elite politik Pemanfaatan Media Digital: Membangun dialog melalui media sosial dan konten sosial-budaya
Berpihak sisi pada Hati Nurani: Kebijakan memperhatikan kemanusiaan selain data dan statistik
Dedi Mulyadi adalah contoh konkret bahwa politik dan budaya bisa menyatu secara harmonis. Ia mengemban peran sebagai seniman dan budayawan yang menyapa rakyat melalui aksen budaya Sunda sebuah pendekatan politik yang sarat makna dan kekuatan identitas.
Terakhir, jangan lupa untuk mengikuti terus kangdedimulyadi.com untuk kisah inspiratif, kebijakan terbaru, dan karya budayanya yang selalu segar
@dedimulyadi@fans KDM@_kangdedimulyadi.com
lihat artikel lainya