​Budaya adalah cermin jati diri sebuah bangsa. Di tengah derasnya arus globalisasi yang mengancam tradisi lokal, Dedi Mulyadi muncul sebagai sosok pemimpin dari Jawa Barat yang konsisten menjadikan budaya sebagai fondasi pembangunan. Baginya, pembangunan tidak hanya soal infrastruktur, tetapi juga ruh dan identitas masyarakat, yang dalam konteks Jawa Barat identik dengan budaya Sunda.
​Artikel ini akan membahas bagaimana komitmen Dedi Mulyadi dalam melestarikan budaya Sunda, strategi yang ia jalankan, dan dampaknya bagi masyarakat.
​Filosofi Sunda sebagai Landasan
​Dedi Mulyadi tumbuh di lingkungan pedesaan Sunda yang kental dengan tradisi dan kearifan lokal. Pengalaman hidup ini menumbuhkan keyakinan bahwa budaya adalah fondasi dalam membangun masyarakat. Dalam setiap kebijakannya, ia menjadikan filosofi silih asah (saling mengasah), silih asih (saling mengasihi), dan silih asuh (saling membimbing) sebagai pijakan. Nilai-nilai ini menjadi harta karun yang harus diwariskan pada generasi berikutnya.
​Program Pelestarian Budaya Sunda
​Revitalisasi Seni Tradisional: Banyak kesenian Sunda yang hampir punah, seperti wayang golek dan jaipongan. Dedi menghidupkannya kembali melalui festival budaya rutin, kebijakan wajib tampilnya kesenian lokal dalam acara resmi, dan pengajaran kesenian Sunda di sekolah-sekolah.
​Ruang Publik Bernuansa Sunda: Dedi percaya ruang publik adalah ruang edukasi. Ia menghiasi Purwakarta dengan patung tokoh pewayangan, taman kota dengan ornamen kujang, dan nama jalan yang diambil dari tokoh Sunda.
​Penggunaan Bahasa Sunda: Bahasa adalah kunci budaya. Dedi mendorong penggunaan bahasa Sunda di sekolah dan instansi pemerintahan pada hari-hari tertentu, membuat generasi muda terbiasa menggunakan bahasa ibu mereka.
​Pelestarian Tradisi Lokal: Tradisi seperti seren taun (syukuran panen) dan upacara adat Sunda lainnya kembali dihidupkan, dengan Dedi kerap hadir langsung dan ikut dalam prosesi tersebut.
​Dampak dan Strategi
​Kebijakan budaya Dedi Mulyadi memberikan dampak positif:
​Meningkatnya Kebanggaan Budaya: Anak muda Purwakarta kini lebih bangga menggunakan bahasa Sunda dan pakaian adat.
​Ekonomi Kreatif Berkembang: Seniman lokal mendapatkan panggung dan penghasilan lebih baik berkat festival dan acara budaya.
​Identitas Sunda Kuat: Ornamen khas Sunda di ruang publik membuat masyarakat merasa lebih dekat dengan akar budaya mereka.
​Meskipun sukses, ia menghadapi tantangan, seperti pengaruh globalisasi dan minimnya regenerasi seniman. Ia mengatasi tantangan ini dengan strategi inovatif:
​Mengintegrasikan Budaya dan Pariwisata: Acara budaya dikemas menarik sebagai destinasi wisata untuk menarik wisatawan dan menggerakkan ekonomi.
​Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal: Sekolah diminta mengajarkan filsafat dan seni Sunda sebagai bagian dari kurikulum.
​Digitalisasi Budaya: Dedi mendorong seniman muda mendokumentasikan karya seni melalui media sosial untuk menjangkau generasi milenial.
​Kesimpulan
​Komitmen Dedi Mulyadi dalam melestarikan budaya Sunda bukan hanya retorika, tetapi nyata dalam kebijakan dan program yang ia jalankan. Mulai dari seni, bahasa, tradisi, hingga ruang publik, semua diwarnai oleh identitas Sunda.
​Dedi berhasil membuktikan bahwa budaya adalah kekuatan yang dapat menopang pembangunan. Upayanya bukan hanya mengangkat martabat masyarakat Sunda, tetapi juga memberikan inspirasi bagi daerah lain di Indonesia bahwa pemimpin tidak harus terjebak pada angka-angka pembangunan, melainkan juga harus bisa membangun manusia dan menjaga jati diri bangsanya.
Semoga artikel ini memberi perspektif baru bagi Anda. Jika suka dengan konten seperti ini, jangan lupa follow:
​TikTok: @fans.kdm23
​Instagram: kangdedimulyadi.com
mendapatkan informasi dan artikel menarik lainnya! Anda juga bisa membaca artikel kami yang lain tentang dinamika politik di Jawa Barat di
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=917&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=915&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=912&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=910&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=908&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=906&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=904&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=902&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=900&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=898&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=896&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=894&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=892&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=890&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=888&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=886&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=884&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=882&action=edit
https://kangdedimulyadi.com/wp-admin/post.php?post=654&action=edit