spot_img
Wednesday, October 22, 2025
More
    spot_img
    HomeArtikelDedi Mulyadi dan Perjuangan Menjaga Alam sebagai Wujud Cinta Tanah Sunda

    Dedi Mulyadi dan Perjuangan Menjaga Alam sebagai Wujud Cinta Tanah Sunda

    -

    Pendahuluan

    Ketika banyak pemimpin sibuk berbicara soal ekonomi dan politik, Dedi Mulyadi justru mengambil jalan berbeda: ia memilih berbicara tentang alam, budaya, dan manusia. Baginya, menjaga alam bukan sekadar urusan lingkungan, melainkan bentuk nyata dari cinta terhadap tanah kelahiran dan wujud syukur pada Sang Pencipta. Sebagai putra Sunda, ia melihat bahwa alam adalah bagian dari jati diri, bukan sesuatu yang bisa dieksploitasi seenaknya.

    Filosofi Alam dalam Pandangan Dedi Mulyadi

    Dalam banyak kesempatan, Dedi sering mengatakan bahwa manusia dan alam adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Alam bukan benda mati, melainkan memiliki ruh yang harus dihormati. Pandangan ini sejalan dengan falsafah hidup masyarakat Sunda lama yang selalu menempatkan alam sebagai guru — leuweung ruksak, cai beak, manusa balangsak (jika hutan rusak, air habis, manusia sengsara).

    Dedi menjadikan filosofi ini sebagai dasar dari berbagai kebijakannya. Ia percaya, pembangunan yang mengabaikan keseimbangan alam hanya akan menghasilkan bencana di masa depan.

     

    Kebijakan Hijau dan Gerakan Cinta Lingkungan

    Saat memimpin Purwakarta, Dedi mencanangkan berbagai program ramah lingkungan yang berbasis partisipasi masyarakat. Ia menanam ribuan pohon di sepanjang jalan, membuat taman kota yang rindang, serta menata sungai agar kembali bersih. Namun yang paling penting, ia tidak hanya menanam pohon secara simbolis — ia mengajarkan masyarakat untuk memahami makna menanam.

    Menurutnya, menanam bukan hanya soal pohon, tapi juga menanam harapan dan kehidupan. Ia ingin agar setiap warga merasa memiliki tanggung jawab moral terhadap bumi tempat mereka berpijak.

     

    Menjaga Sumber Air dan Gunung sebagai Titik Kehidupan

    Sebagai pecinta alam, Dedi juga menaruh perhatian besar terhadap kelestarian sumber air dan gunung. Ia sering mengingatkan bahwa gunung bukan sekadar tempat wisata, tapi juga pusat kehidupan. Dari sanalah air mengalir, udara bersih tercipta, dan ekosistem hidup berdampingan.

    Ia menentang keras praktik perusakan hutan dan tambang liar yang merusak gunung-gunung di Jawa Barat. Dalam pandangannya, merusak gunung sama saja dengan mencabut akar kehidupan masyarakat.

     

    Pendekatan Budaya dalam Pelestarian Alam

    Yang menarik dari Dedi adalah caranya mengemas pesan lingkungan lewat budaya. Ia tak sekadar menyampaikan lewat pidato atau aturan, tapi melalui kesenian dan simbol-simbol lokal. Misalnya, ia sering menghadirkan pagelaran wayang golek bertema lingkungan, atau membuat monumen dengan pesan moral tentang hubungan manusia dan alam.

    Dengan cara ini, pesan pelestarian lingkungan menjadi lebih mudah diterima oleh masyarakat karena disampaikan melalui jalur budaya yang akrab di hati mereka.

     

    Menolak Pembangunan yang Merusak Alam

    Dedi bukan tipe pemimpin yang mudah tergoda dengan proyek besar yang merusak lingkungan. Ia berani menolak pembangunan yang mengorbankan alam demi keuntungan sesaat. Sikap tegas ini sering membuatnya dikritik, namun ia tetap berpegang pada prinsip: pembangunan yang baik adalah yang tidak mematikan kehidupan.

    Ia percaya bahwa kesejahteraan tidak harus dibayar dengan kehancuran lingkungan. Justru, kesejahteraan sejati muncul ketika manusia hidup seimbang dengan alamnya.

     

    Mendidik Generasi Muda Cinta Alam

    Salah satu fokus utama Dedi adalah menanamkan kecintaan terhadap alam sejak dini. Ia kerap mengunjungi sekolah-sekolah, berbicara kepada pelajar tentang pentingnya menjaga bumi, dan mengajak mereka menanam pohon bersama. Ia ingin generasi muda tumbuh dengan kesadaran ekologis, bukan hanya pengetahuan akademis.

    Bagi Dedi, pendidikan lingkungan bukan pelajaran tambahan, tapi bagian dari pendidikan karakter yang membentuk manusia berbudaya dan berakhlak.

     

    Kearifan Sunda dalam Konteks Modern

    Dalam budaya Sunda, banyak tradisi yang mengajarkan hubungan harmonis dengan alam, seperti hajat bumi, nyuguh ka leuweung (memberi sesaji kepada hutan), dan larangan menebang pohon sembarangan. Dedi berusaha menghidupkan kembali nilai-nilai ini tanpa harus bertentangan dengan zaman modern.

    Ia menafsirkan kearifan lokal itu secara kontekstual — bukan mistis, melainkan etika lingkungan. Misalnya, nyuguh ka leuweung diartikan sebagai wujud terima kasih dan penghormatan terhadap alam yang telah memberi kehidupan.

     

    Peran Media Sosial dalam Edukasi Lingkungan

    Dedi juga menggunakan media sosial sebagai alat untuk menyebarkan kesadaran ekologis. Lewat video dan konten yang ia unggah, ia memperlihatkan keindahan alam Jawa Barat, sekaligus memperingatkan dampak dari kerusakan lingkungan.

    Ia menyadari bahwa untuk menjangkau generasi digital, pesan lingkungan harus disampaikan dengan cara yang kreatif dan menarik — bukan dengan ceramah kaku, tapi dengan kisah nyata dan keteladanan.

     

    Cinta Alam Sebagai Spirit Kepemimpinan

    Cinta alam bagi Dedi bukan sekadar hobi atau pencitraan, melainkan spirit kepemimpinan. Ia memimpin dengan hati yang menyatu dengan alam. Setiap kebijakan yang ia ambil selalu mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan. Ia ingin membangun masyarakat yang makmur tanpa kehilangan kehijauan bumi.

    Bagi Dedi, seorang pemimpin sejati adalah yang meninggalkan warisan udara bersih, sungai jernih, dan hutan yang lestari untuk generasi berikutnya.

     

    Kesimpulan

    Sosok Dedi Mulyadi mengajarkan bahwa menjaga alam bukan tugas aktivis saja, melainkan kewajiban moral setiap manusia. Ia membuktikan bahwa cinta tanah air sejati dimulai dari mencintai tanah itu sendiri — tanah tempat kita berpijak dan hidup.

    Dengan memadukan nilai budaya Sunda, kebijakan hijau, dan keteladanan nyata, Dedi menunjukkan bahwa pelestarian alam bisa menjadi bagian dari gaya hidup modern. Ia adalah contoh bahwa pemimpin yang bijak bukan hanya yang pandai berbicara, tetapi yang mampu merawat bumi dengan tangan dan hati.

     

    Karena pada akhirnya, manusia boleh maju setinggi langit, tapi tanpa alam yang lestari, semua itu tak akan berarti.

    Related articles

    Stay Connected

    0FansLike
    0FollowersFollow
    0FollowersFollow
    0SubscribersSubscribe
    spot_img

    Latest posts