Dedi Mulyadi adalah sosok yang dikenal sangat mencintai budaya Sunda. Bagi Dedi, seni tradisional bukan sekadar hiburan, tetapi juga warisan leluhur yang sarat makna dan nilai kehidupan. Ia meyakini bahwa seni tradisional adalah identitas yang membentuk jati diri masyarakat Sunda, dan tugas generasi sekarang adalah menjaga agar warisan itu tidak punah.
Sejak menjadi pemimpin di Purwakarta, Dedi Mulyadi melakukan berbagai langkah konkret untuk melestarikan seni tradisional Sunda. Ia tidak hanya berbicara di atas panggung, tetapi benar-benar turun langsung menghidupkan kesenian rakyat. Dedi percaya bahwa seni tradisional bisa menjadi media pendidikan moral dan sosial yang kuat, karena di dalamnya terkandung nilai-nilai luhur seperti gotong royong, hormat, kesopanan, dan spiritualitas.
Salah satu langkah yang paling terkenal adalah menghidupkan kembali kesenian wayang golek dan jaipongan. Dedi kerap mengundang dalang dan seniman lokal untuk tampil di ruang publik, seperti alun-alun, taman kota, hingga sekolah. Ia ingin masyarakat, terutama generasi muda, bisa menikmati dan memahami seni daerahnya sendiri tanpa harus menunggu acara besar atau formal.
Selain itu, Dedi Mulyadi juga memperkenalkan program “Seni Masuk Sekolah.” Melalui program ini, anak-anak diajak mengenal alat musik tradisional seperti angklung, calung, dan kendang. Mereka juga diberi kesempatan untuk belajar menari, berpantun, dan bermain wayang. Dedi berpendapat bahwa melestarikan seni harus dimulai sejak dini, karena di masa kecil itulah rasa cinta terhadap budaya tumbuh paling kuat.
Tidak hanya di tingkat sekolah, Dedi juga mendirikan berbagai sanggar seni di Purwakarta yang dikelola oleh masyarakat lokal. Ia memberi dukungan berupa fasilitas, pelatihan, hingga bantuan dana agar para seniman tradisional bisa terus berkarya. Baginya, seniman adalah penjaga nilai-nilai kebudayaan, sehingga harus diberi ruang untuk berkembang dan dihargai perannya dalam masyarakat.
Dedi pun sering menggunakan pendekatan budaya dalam pembangunan daerah. Misalnya, arsitektur bangunan publik di Purwakarta banyak mengusung simbol-simbol budaya Sunda, seperti bentuk kujang, motif batik, dan ukiran tradisional. Ia ingin agar kemajuan daerah tidak membuat warganya kehilangan akar budaya. Dengan begitu, modernisasi bisa berjalan seiring dengan pelestarian tradisi.
Bagi Dedi, seni tradisional juga punya kekuatan spiritual. Ia pernah mengatakan bahwa seni Sunda bukan hanya soal gerak atau suara, tapi juga doa dan rasa. Setiap gerakan dalam tari, setiap petikan dalam musik, dan setiap kata dalam tembang memiliki makna mendalam yang mencerminkan hubungan manusia dengan alam dan Sang Pencipta. Pandangan ini membuatnya sering mengaitkan kesenian dengan nilai-nilai religius dan moral.
Selain itu, Dedi Mulyadi menggunakan media sosial untuk mempromosikan budaya Sunda ke generasi muda. Ia sering mengunggah konten yang menampilkan kesenian daerah, cerita rakyat, hingga filosofi hidup orang Sunda. Cara ini terbukti efektif karena anak muda jadi lebih tertarik mengenal budaya leluhurnya lewat platform yang mereka gunakan setiap hari.
Dalam berbagai kesempatan, Dedi selalu mengingatkan bahwa melestarikan seni tradisional bukan tugas pemerintah semata, tetapi tanggung jawab bersama. Ia mengajak masyarakat untuk bangga terhadap budaya sendiri, bukan justru malu atau menganggapnya kuno. Menurutnya, bangsa yang maju adalah bangsa yang tidak melupakan asal-usulnya.
Kiprah Dedi Mulyadi dalam melestarikan seni tradisional Sunda telah menjadi inspirasi bagi banyak daerah lain di Indonesia. Ia menunjukkan bahwa pelestarian budaya tidak harus berbenturan dengan kemajuan zaman. Justru dengan budaya, masyarakat bisa maju tanpa kehilangan jati diri.
Kini, jejak perjuangan Dedi dapat dilihat dari banyaknya kegiatan seni yang kembali hidup di Jawa Barat. Dari panggung rakyat hingga acara sekolah, kesenian tradisional Sunda kembali mendapatkan tempat terhormat. Semua itu adalah bukti bahwa semangat budaya bisa tetap hidup jika ada kemauan dan cinta yang tulus terhadap warisan nenek moyang.
Dedi Mulyadi telah membuktikan bahwa seni tradisional bukan warisan masa lalu, melainkan bekal untuk masa depan. Dengan menjaga budaya, kita menjaga identitas, kebanggaan, dan jiwa bangsa sendiri.